top of page

Contoh Jawaban 1 Modul 1.1.a.9. Koneksi Antar Materi

Contoh Jawaban 1 Modul 1.1.a.9. Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


A. Koneksi Antar Materi_Kesimpulan Refleksi Pemikiran Ki hadjar Dewantara 1. Pendidikan adalah proses menuntun, yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup.

2. Guru diibaratkan sebagai petani. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan pendidik sebagai seorang petani dan anak anak ibarat bulir jagung yang ditanam. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia hanya dapat memperbaiki kondidi tanah, ,memelihara tanaman, menyiramnya secara teratur, memberi pupuk, membasmi hama yang mengganggu. Petani tidak dapat memaksa agar jagung tumbuh menjadi padi. Demikian halnya dengan pendidik, ia hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembang anak sesuai kodrat anak.

3. Pendidikan merupakan tempat persemaian segala benih benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan.Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan. Pendidikan yang baik akan melahirkan kebudayaan yang baik. Bangsa Indonesia yang beragam akan menghasilkan kebudayaan yang beragam. Begitu juga dengan anak anak, tidak ada anak yang terlahir sama, mereka memiliki perbedaan.

4. Relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara terhadap transformasi pendidikan, ada 3 kerangka perubahan Ki Hadjar Dewantara.

1) Kodrat Keadaan : Kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah lingkungan alam di mana anak berada baik itu kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Kodrat zaman yaitu pada pendidikan global saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 dan menguasai IT sebagai sarana untuk menyukseskan pendidikan di Indonesia

2) Asas Trikon. Ki Hadjar dewantara mengibaratkan pendidikan itu seperti tata surya. Dalam sistem tata surya, planet planet dan matahari selalu bergerak sesuai dengan orbitnya dan berotasi di atas sumbunya. Mereka tidak pernah berhenti berputar, karena ketika mereka berputar maka akan terjadi kehancuran. Begitu juga dengan kebudayaan, yang bersifat dinamis, tidak boleh statis.


Perubahan itu kekal. Planet planet juga memiliki keberagaman sendiri sendiri berdasarkan orbitnya. Bumi tidak mungkin dipindak ke orbit mars karena ketika berada di orbit mars, maka tentu bumi akan mengalami perbedaanyang tidak sesuai dengan bentuk yang ada. Begitu juga dengan planet yang lainnya mereka memiliki bentuk sendiri, orbit sendiri dan poros sendiri yang membentuk karakteristik masing masing planet. Prinsip melakukan perubahan mengacu pada asas trikon. Pertama : “kontinuitas” : kita harus melakukan diaog kritis dengan sejarah. Dalam bergerak ke depan, kita tidak boleh lupa akan akar akar nilai kebudayaan dari masyarakat. Kedua yaitu “konvergensi”, pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Ketiga : “Konsentris” : pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pemelajar, karena setiap anak murid berputar dan beredar sesuai orbitnya. Pendidikan harus menghargai keunikan dan keberagaman masing masing murid. Pendidikan itu harus memerdekakan.

3) Kecerdasan budi pekerti atau watak atau karakter yang merupakan perpaduan harmonis antara Budi : cipta (pikiran), rasa (perasaan) dan karsa (kemauan) sehingga menimbulkan pekerti (tenaga). Budi pekerti dapat juga diartkan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya (psikomotor). Kesempurnaan budi pekerti membawa anak kepada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu harus menuju kepada kebijaksanaan. Pendidikan dan pendidik yang memandang anak dengan rasa hormat (berorientasi pada murid). Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak tidak untuk meminta suatu hak namun untuk berhamba pada sang anak.

5. Permainan anak sebagai alat pendidikan dimana dalam proses pendidikan, tidak hanya mengkonsentrasikan pada pelajaran panca indera saja tetapi memasukkan permainan anak proses pembelajaran sebagai kultur.

B. Refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara Setelah saya mempelajari dan merefleksikan filosofis Ki Hadjar Dewantara, saya belajar banyak hal, antara lain : 1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1 ini? Saat sebelum masa pandemi, Saya memandang anak murid saya sebagai kertas kosong yang harus ditransfer ilmu pengetahuan saja, saya menganggap mereka tidak tahu apaapa. Tugas saya sebagai guru hanyalah mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki. Hanya memenuhi tuntutan kurikulum.


Proses pembelajaran lebih didominasi oleh peran guru. Pembelajaran harus selalu berlangsung di kelas saja. Saya hanya fokus pada bagaimana agar target kurikulum terpenuhi sesuai dengan rencana yang ada. Mengajar, memberikan tugas, diskusi terbatas. Saya berpikir hanya agar anak bisa mengumpulkan tugas dari setiap tagihan yang saya berikan tanpa membuat refleksi tentang bagaimana harusnya pembelajaran yang memerdekakan anak itu mereka rasakan dan nikmati. Saya tidak begitu peduli dengan kenyamanan belajar mereka. Saya hanya mengeluh saja saat ada anak yang tidak mengumpulkan tugas tanpa menelusuri lebih dalam apa penyebabnya. Model pembelajaran yang saya terapkanpun kurang memacu anak untuk berdiskusi .


Hal lainnya lagi, saat anak murid melanggar tata tertib sekolah, saya lebih sering memberikan hukuman fisik. Saya percaya bahwa sikap otoriter dalam pendidikan dan pembelajaran menggunakan pendekatan perintah dan hukuman fisik akan efektif untuk mendisiplinkan anak agar bertanggung jawab atas perbuatannya. Saya pun belum menjadikan anak murid sebagai teman belajar. Saat mereka keluar istirahat juga kesannya terburu buru karena waktu yang diberikan pun sedikit karena sudah terpotong dengan jam mengajar. Kurang menggunakan permainan dalam pembelajaran yang kemungkinan membuat anak murid bosan dan jenuh.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? Saya menyadari kekeliruan saya. Saya harus mengubah konsep pembelajaran saya. Saya harus menjadikan anak murid sebagai teman belajar saya dan sebaliknya saya pun harus menjadi teman belajar bagi mereka. Hal lainnya lagi, yakni saya harus menjadi pendidik yang mampu menuntun segala kodrat yang ada pada anak murid saya agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya sebagai manusia maupun sebagai masyarakat. Saya harus berusaha memberikan apa yang menjadi kebutuhan dari anak murid saya. Saya harus menjadi pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak murid saya tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya juga dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses pembelajaranpun, saya harus mendesain jalannya pembelajaran yang memberi ruang seluas luasnya bagi anak murid untuk mengeksplor dirinya terkait dengan keterampilan abad 21. Sekaligus menginternalisasikan permainan dalam pembelajaran agar lebih menyenangkan saat mereka belajar. Saya harus selalu menerapkan “Ing ngarso sung tulodo” : saat didepan menjadi teladan, “Ing madya mangun karsa” : Di tengah memberi semangat dan ide, “Tut wuri handayani” : di belakang memberi dorongan dan arahan bagi anak murid saya. Tidak kalah pentingnya, mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia yang ada di daerah saya. Guru seyogyanya menjadi model keteladanan dan fasilitator kelas.


Pendekatan pendidikan dan pengajaran dalam bentuk perintah/sanksi/hukuman akan menimbulkan ketidaknyamanan dan menghasilkan pribadi pemberontak, acu tak acuh, rendahnya daya juang. pelaksanaan hukuman dan pemaksaan dalam KBM akan menghambat pertumbuhan jiwa anak murid. Guru harus menerapkan pendekatan kekeluargaan, memperlakukan anak didik seperti anak kandung sendiri atau berlaku seperti bapak atau ibu kandung bagi anak murid. Apapun yang dilakukan guru, haruslah berorientasi pada anak murid, demi kepentingan mereka.

Terkait dengan budi pekerti atau karakter, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik bagi anak dalam melatih pendidikan sosial dan karakter baik seorang anak. 3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara?

1) Menumbuhkan karakter baik dengan selalu memulai dan mengahiri pembelajaran daring maupun luring dengan berdoa bersama, selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran daring tepat waktu, selalu mengucapkan kata kata positif, pujian bagi teman saat diskusi di google meet atau wa grup, membiasakan untuk mengucapkan kata terima kasih saat menerima bantuan/pujian dari teman atau sesudah menggunakan barang milik teman, mengucapkan kata maaf jika melakukan kesalahan

2) Saya menyiapkan materi pembelajaran saya baik secara daring maupun luring dengan lebih baik, lebih kreatif dan tentunya harus lebih menarik lagi agar anak murid nyaman dan senang saat pembelajaran berlangsung serta dapat menggali kreativitas anak murid dan yang paling utama adalah merdeka belajar banarbenar sempurna terwujud.

3) Menerapkan asas kekeluargaan dengan mengunjungi anak murid yang mengalami kendala dalam pembelajaran baik secara daring maupun luring dan mencari solusinya, selalu berkomunikasi baik dengan orang tua/wali murid terkait perkembangan anak

4) Memberikan pembinaan jika anak murid melanggar kesepakatan kelas maupun tidak atau terlambat mengumpulkan tugas

5) Kolaborasi dengan warga sekolah guna pengembangan kualitas pembelajaran anak yang berpusat pada kebutuhan anak dan dimulai dari MGMP

Comments


Komentar

Share Your ThoughtsBe the first to write a comment.
bottom of page