Contoh Jawaban 9 Modul 1.1.a.9. Koneksi Antar Materi
Pendidikan dan Pengajaran merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Di dalam pengajaran, peserta didik akan mendapatkan sebuah pendidikan/pengetahuan yang bisa mendukung serta membantu peserta didik mencapai kabahagiaan yang seutuhnya.
Dengan pendidikan yang baik maka akan muncul budi pekerti, ide-ide serta kreatifitas yang baik dari peserta didik kita. Untuk mencapai semuanya itu kita sebagai pendidik wajib menjadikan suasana kelas atau tempat mengajar se-nyaman mungkin bagi peserta didik kita. Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan di atas merupakan hal yang baru bagi sebagian banyak pendidik. Pendidikan yang selama ini dibayangkan sebagai seseorang yang memiliki ilmu yang membagikan ilmunya kepada peserta didik dan peserta didik mengikuti semua instruksi dari pendidik tanpa adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik.
Peserta didik di ibaratkan hanya mengikuti “Rutinitas” pembelajaran di kelas tanpa mengetahui “Goal” atau tujuan dari belajar di kelas itu seperti apa. Pendidik juga dengan hanya mengikuti “alur” jalan dari rencana pembelajaran yang terpaku pada apa yang tertulis tanpa memiliki opsi mengembangkan kerangka berpikir tentang proses pembelajaran di kelas seperti apa.
Memang tidak ada salahnya mengikuti alur rencana pembelajaran, namun fakta di lapangan pendidik lebih memfokuskan “Nilai” di atas kertas ketimbang mengembangkan kreativitas siswa melalui penilaian keterampilan.
Konteks Pendidikan nasional umumnya dan di sekolah khususnya saat ini juga memiliki se-gudang persoalan. Di samping kandungan pendidikan dan pengajaran sekarang ini tidak memuat nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan kini hanya melahirkan sikap individualisme dan hilangnya jiwa merdeka dalam belajar. Hasil pendidikan seperti ini tidak dapat diharapkan membangun kehidupan bangsa dan negara bermartabat yang mengedepankan kerjasama dan gotong royong.
Namun setelah mempelajari dan memahami Filosofi pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, Pola pikir saya tantang pendidikan dan pengajaran mulai berubah.
“Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Kutipan diatas menjelaskan kepada kita bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan “BEKAL” yang sangat berharga bagi kehidupan peserta didik kelak baik itu dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bermasyarakat. Dengan “BEKAL” yang kita berikan, maka akan menuntun mereka untuk mencari serta mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Untuk memberikan “BEKAL” yang layak bagi peserta didik kita untuk mengarungi kehidupan mereka kedepan, maka “Menghamba” pada murid merupakan hal yang perlu kita lakukan sebagai seorang pendidik.
“Menghamba” pada murid berarti “Keharusan kita untuk memandang anak dengan rasa HORMAT” apapun latar belakang mereka dan apapun kelebihan mereka.
Jadi bagi kita yang bekerja di bidang pendidikan dan para pendidik harus berorientasi penuh terhadap anak didik kita agar anak didik kita mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara saya juga belajar bahwa pendidik juga harus menghargai serta menghormati setiap perbedaan yang dimiliki oleh setiap siswa karena setiap siswa mempunyai kodrat alamnya masing-masing. Artinya setiap peserta didik memiliki kemampuan menangkap konsep sebuah materi pembelajaran berbeda-beda. Ada siswa yang merespon materi dengan cepat dan ada pula yang tidak. Oleh karena itu semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa dan Tut Wuri handayani harus kita aplikasikan didalam kegiatan pemebelajaran kita agar anak didik kita mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara juga pernah mengatakan bahwa pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Maksudnya sebagai seorang guru kita harus melayani siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa untuk mencapai cita-cita anak didik.
Guru hendaknya memahami tentang pribadi peserta didik dengan baik dan berusaha menyediakan diri dan memberi diri untuk melayani anak-anak didik nya. Guru bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didik nya.
Pengajaran dan Pendidikan harus berorientasi pada siswa, mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik itu salah cara memerdekakan peserta didik kita.
Pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter itu dapat diimplementasikan dari ajaran pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara melalui Trilogi Pendidikan yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Artinya bahwa tiga semboyan Trilogi pendidikan itu harus benar-benar dipahami oleh seorang guru sehingga Pendidikan benar-benar bukan merupakan paksaan tetapi guru benar-benar mengetahui karakter peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Sehingga dalam pendidikan tidak ditekankan pada aspek intelektual nya saja tapi bagaimana pengalaman seorang guru dalam pengajarannya untuk mendesain pembelajaran yang lebih diperhatikan mengenai minat dan bakat anak, dan lebih memahami karakter anak sehingga anak ke depannya lebih berkembang dengan baik.
Dari penjelasan tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, besar harapan penulis sebagai pendidik adalah agar kegiatan pembelajaran yang penulis akan laksanakan nantinya berorientasi pada kebutuhan belajar peserta didik, sebagai pendidik dalam konteks pembinaan karakter peserta didik tetap mengunakan model dan pendekatan yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik merasa betah dan membangun kemauan dalam mengikuti pembelajaran.
Sebagai pendidik juga berharap dalam menyiapkan bahan ajar harus menyiapkan materi yang berorientasi pada budaya kreatif, inovasi sesuai dengan perkembangan global. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis IPTEK perlu diterapkan di sekolah sehingga anak didik terlatih, berani dan mampu bersaing secara global.
Agar mencapai kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan belajar peserta didik, maka hal-hal yang dibutuhkan adalah:
Kerangka pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal (budaya).
Konteks lokal (budaya) yang bisa kita gunakan dalam menyusun kerangka pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD yaitu:
Adanya konsep budaya "menuntun" dengan membuka ruang diskusi antara guru dan murid, murid dan murid di dalam maupun di luar kelas Budaya "Menuntun" membuka ruang diskusi
Dengan adanya budaya membuka ruang diskusi di dalam dan di luar kelas, maka ada momentum dari guru dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik agar berani berpendapat dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sehingga dapat memupuk keberanian peserta didik dalam menyampaikan pendapat mereka masing-masing
Dengan budaya membuka ruang diskusi di dalam dan di luar kelas,
kita sebagai pendidik hadir dalam menuntun para peserta didik agar berani dalam menyelesaikan/ menemukan opsi penyelesaian yang baru dari sebuah masalah.
Dengan membuka ruang diskusi, siswa diharapkan mampu dan berani menyampaikan pendapat mereka tanpa malu dan takut melakukan kesalahan. Dengan membuka ruang diskusi, akan ada komunikasi yang intens antara pendidik dan peserta didik dan juga antara sesama peserta didik
Ruang diskusi juga dapat mengajarkan siswa agar berkompetisi dengan peserta didik yang lain dalam menyampaikan pendapat serta mampu menghargai pendapat maupun hasil kerja dari teman-teman yang lain
Hal Positif yang kedua adalah budaya sikap saling menghargai. Maksud dari sikap saling menghargai di sini adalah kita sebagai pendidik memandang anak didik kita dengan rasa hormat, serta menghargai setiap perbedaan yang ada pada setiap peserta didik
Kita juga sebagai pendidik juga wajib memahami pemahaman tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan konteks kelas dan sekolah. Metafora atau perlambang dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit
Berikut adalah pengandaian yang bisa kita pakai untuk menggambarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan konteks kelas dan sekolah.
Pendidikan dan Pengajaran merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Di dalam pengajaran, peserta didik akan mendapatkan sebuah pendidikan/pengetahuan yang bisa mendukung serta membantu peserta didik mencapai kabahagiaan yang seutuhnya. Dengan pendidikan yang baik maka akan muncul budi pekerti, ide-ide serta kreatifitas yang baik dari peserta didik kita. Untuk mencapai semuanya itu kita sebagai pendidik wajib menjadikan suasana kelas atau tempat mengajar senyaman mungkin bagi peserta didik kita.
Jika kita bisa Ibaratkan, Suasanan Kelas itu seperti sebuah Rumah makan dan pembelinya adalah siswa-siswi kita. Ketika Suasana Rumah makannya bagus, nyaman, pelayanannya bagus , dan menu-menu makananya enak maka para pembeli akan betah dan akan berlama-lama di rumah makan tersebut. Sebaliknya Jika suasana, pelayanan dan menu-menu makanan di dalam rumah makan tidak mereka sukai maka mereka tidak akan merasa nyaman di rumah makan tersebut.
Pelayan dan Koki adalah kita para pendidik sedangkan menu-menunya adalah pelajaran-pelajaran yang kita siap hidangkan untuk para pembeli kita yaitu anak didik kita.
Setiap pelayan harus mengerti serta memahami setiap detail menu yang disiapkan oleh Rumah makan tersebut agar ketika para pembeli menanyakan menu tersebut maka si Pelayan mampu menjelaskan secara detail komposisi dari menu tersebut.
Koki juga diibaratkan sebagai seorang pendidik, seorang koki wajib membuat makanan yang seenak mungkin yang bisa membuat pelanggan Cinta dan menyukai makanan yang dibuat olehnya. Ketika makanan yang dibuat oleh koki disukai oleh para pembeli, maka mereka akan menjadi “Pelanggan SETIA” di rumah makan tersebut.
Konsep Pendidikan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara juga menenkankan pada Kemerdekaan dalam belajar. Konsep Merdeka belajar bisa kita ibaratkan sebagai menu-menu makanan yang disiapkan di sebuah rumah makan.
“Biarkan para Para pembeli memesan menu makanan yang sesuai dengan keinginan mereka” Karena jika pembeli memesan menu-menu makanan yang sesuai dengan keinginan mereka maka mereka akan menikmati makanan tersebut dengan senang dan bahagia hingga selesai.Sebaliknya jika Pelayan atau Koki memaksa pembeli untuk menikmati semua menu makanan yang ada pada rumah makan tersebut maka yang akan terjadi adalah “keterpaksaan”.
Mereka mungkin akan mencoba memakan semua menu yang disiapkan oleh rumah makan tersebut tetapi“Kenikmatan” dalam menikmati makanan akan hilang.
Untuk mencegah keterpaksaan dari para pembeli, alangkah baiknya “Pemilik” Rumah makan tersebut menawarkan Dua pilihanyaitu “Mencicipi” dan “Menikmati”. Biarkan para pembeli “Merdeka” memilih menu-menu apa saja yang mereka hanya ingin “Cicipi” dan menu-menu mana saja yang ingin mereka “Nikmati”. Dengan begitu “Kemerdekaan” akan menjadi hal yang nyata bagi “Pelanggan” setia rumah makan kita.
Dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini, perlu adanya kekuatan yang diperlukan sebagai seorang pendidik?
Kekuatan penulis sebagai seorang pendidik adalah:
1. Membantu mengembangkan potensi-potensi peserta didik khususnya di bidang Bahasa Inggris, Seni khususnya Tari dan musik tradisional.
2. Memotivasi peserta didik untuk berani mengungkapkan gagasan-gagasan peserta didik tentang suatu topik tertentu dalam sebuah diskusi sehingga yang terjadi adalah pengetahuan tidak ditanamkan secara paksa tetapi ditemukan, diolah dan dipilih oleh murid.
3. Pengembangan media pembelajaran.
3. hal-hal yang perlu penulis ubah dari diri penulis agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini:
1. Harus memulai perubahan dari diri sendiri
2. Harus lebih peka mendengar peserta didik.
3. Lebih menghargai dan menghormati perbedaan kemampuan setiap siswa.
4. Harus mampu menjadi teladan, fasilitator dan motivator bagi peserta didik dengan baik (Menerapkan trilogi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara)
5. Lebih menekankan pendidikan budi pekerti/ karakter dalam pembelajaran. Dengan menekankan kompetensi sikap yang baik dengan sendirinya membawa dampak yang baik untk kompetensi
4. Perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah
Sedapat mungkin melakukan segala sesuatu hanya untuk mengembangkan budi pekerti, krestifitas serta mengembangkan potensi dari peserta didik.
Salam dan Bahagia
Comments