top of page

Contoh Jawaban Modul 2.1.a.9. Koneksi Antar Materi

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Oleh:Seprianus Bantaika

Menjadikan kelas yang berpihak pada anak didik kita bukanlah sebuah perkara yang gambang seperti membalikkan telapak tangan. Perlu sebuah effort khusus bagi seorang pendidik agar mampu menjadikan kelas tertuju pada kebahagiaan peserta didik


Dari penjelasan di atas tentunya sebagai seorang guru perlu adanya pertanyaan-pertanyaan pemantik yang bisa dipakai agar kita guru mampu berefleksi dan mencari jalan keluar guna terciptanya kelas yang berpihak pada kebahagiaan peserta didik.


Mungkin banyak dari kita para guru sering bertanya dalam hati tentang:

1. Bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu?

2. Apa yang saya ketahui tentang latar belakang murid saya, pembelajaran sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka?

3. Apa yang saya ketahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka?

4. Apa yang saya ketahui tentang profil belajar murid saya? Apa gaya belajar yang disukai oleh mereka?

5. Bagaimana saya bisa menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif?


Dalam menjalankan kelas yang penuh dengan keunikan dan karakter yang berbeda dari setiap siswa, kita guru tentunya memerlukan sebuah usaha yang mampu mengakomodir segala kebutuhan para peserta didik. Seorang guru yang ingin melihat tumbuh kembang yang sesuai dengan kodrat setiap siswa di kelas harus bisa memetakan apa saja kebutuhan belajar dari setiap peserta didik. Dengan memetakan kebutuhan belajar para peserta didik, kita sebagai guru bisa menganalisis dan juga bisa menentukan konten dan proses pembelajaran seperti apa nantinya agar bisa membuat peserta didik aktif dan juga mampu menciptakan produk-produk yang orisinal/asli sesuai dengan keinginan mereka. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan amunisi yang paling bagus dalam mengembangkan kemampuan siswa di kelas sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka inginkan.



Dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi kita guru bisa melakukan serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Kunci pembelajaran diferensiasi adalah guru harus melakukan analisis kesiapan belajar siswa, profil belajar dan minat belajar siswa. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid

  2. Minat murid

  3. Profil belajar murid

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Suasana kelas yang menerapkan pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi didasari dengan kemunitas-komunitas belajar di dalam kelas. Komunitas belajar ini akan memunculkan lingkungan belajar di kelas yang memiliki pikiran-pikiran positif dan saling mendukung atar murid dalam kelas. Setiap peserta didik akan disambut dan merasa di sambut dengan sangat baik. Di kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi akan terasa sangat positif. Setiap kehadiran anggota kelas akan dihargai. Dalam suasana ini bukan hanya terlihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan menyambut baik setiap murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antara murid-murid ruang kelas juga akan dipenuhi berbagai pekerjaan murid atau berbagai hal di mana murid berperan di dalamnya. Jika kita bisa Ibaratkan bahwa ini mungkin sama seperti perasaan kita ketika kita memasuki rumah ibadah kita masing-masing.


Meskipun memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda-beda kita merasa diterima dan disambut dengan baik seperti itulah kira-kira suasana dalam ruang ruang kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Di dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi akan melihat sikap saling menghargai. saling menghargai ini akan tampak menonjol dari setiap individu setiap orang baik guru, murid, orang tua atau kepala sekolah akan saling berbagi kebutuhan akan perasaan diterima dihormati aman sukses dan sebagainya. Apapun jenis kelamin, etnis, budaya, kecepatan belajar, pakaian, bahasa, dan kepribadian yang dimiliki mereka semua tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama. Oleh karena itu dalam kelas-kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan mengajarkan murid-muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka miliki terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang.


Dalam pembelajaran berdifrensiasi ini, guru akan membantu murid-muridnya untuk memecahkan permasalahan secara konstruktif dan tidak akan pernah membuat perasaan siapapun menjadi kecil. Perasaan ini bukan hanya terkait dengan Keamanan secara fisik tetapi juga secara psikis.


Murid-murid yang berada di dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi tahu persis bahwa mereka boleh bertanya jika membutuhkan bantuan, mengatakan tidak tahu jika memang tidak tahu apa-apa. Dan jika pertanyaan atau jawaban yang mereka berikan mungkin tidak tepat mereka tahu bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil resiko untuk mencoba berbagai ide-ide kreatif. Tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya. Dengan demikian guru akan berusaha untuk mengetahui perkembangan setiap muridnya dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan.


Begitu juga murid mereka akan belajar memahami pertumbuhan mereka sendiri mereka akan berbicara tentang tujuan pembelajaran dan cara mencapainya. Semua pertumbuhan yang ditunjukkan murid seberapapun kecilnya akan layak untuk dicatat dan diperhatikan oleh guru. Pertumbuhan ini untuk setiap murid akan berbeda-beda bentuknya. Sebagai contoh untuk murid yang baru mulai memahami yang dimaksud dengan Greeting Cards mungkin itu adalah bukti pertumbuhannya sementara untuk murid yang lain pertumbuhan mereka mungkin terlihat dari kemampuan mereka memahami cara membuat greeting cards dan bagaimana mendesignnya dengan bagus.


Di dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi pertumbuhan masing-masing murid adalah sebuah perayaan dan pertumbuhan 1 orang anak tidak akan lebih atau kurang berharga daripada yang lain. Kelas-kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi akan menentukan tujuan apa yang ingin dicapai oleh setiap peserta didik. Guru akan mencari tahu di mana posisi murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai dan kemudian memberikan pengalaman belajar yang akan mendorong murid sedikit lebih jauh dan lebih cepat daripada kemampuan mereka saat ini atau zona nyaman mereka. Guru akan merancang pembelajaran yang memungkinkan murid untuk sedikit melampaui apa yang telah Ia kuasai saat itu pada saat tersebut murid akan keluar dari zona nyaman mereka dan merasakan sedikit tantangan saat murid mengalami tantangan tersebut guru akan memastikan bahwa dukungan akan diberikan kepada murid tersebut sehingga tantangan tersebut dapat dilampaui dan murid kemudian tidak akan menjadi frustrasi. Bantuan atau dukungan Inilah yang disebut Scaffolding jadi pembelajaran yang dirancang tidak akan terlalu mudah namun tidak juga terlalu sulit sehingga setiap murid dapat merasakan kesuksesan.


Kita mungkin sering mendefinisikan keadilan di kelas sebagai memperlakukan semua murid sama. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini guru berusaha memastikan semua murid mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid dan guru adalah sebuah tim yang berusaha untuk memastikan bahwa kelas berjalan dengan baik untuk semua orang di dalam kelas tersebut. Seperti dalam sebuah keluarga besar setiap orang harus mengambil tanggung jawab baik untuk kesejahteraan diri mereka sendiri maupun untuk kesejahteraan orang lain dalam pengaturan semacam ini guru dan murid akan saling bekerja sama untuk kesuksesan bersama walaupun guru memang temen kelas namun murid juga akan secara sadar mengambil tanggung jawab untuk kesuksesan kelasnya mereka akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan mereka memecahkan semua permasalahan dengan cara yang konstruktif dan akan membantu mengembangkan rutinitas kelas yang efektif dari tadi dapat kita simpulkan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk atmosfer lingkungan kelas yang positif.


Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Filiosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara


Pemikiran Filosofis pendidikan Bapak pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara sangat berkaitan erat dengan konsep Pembelajaran Berdiferensiasi. Seperti kita ketahui bersama bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjelasakan bahwa setiap anak itu unik dan memiliki karakter dan juga memiliki kodrat alam dan kodrat zamannya masing-masing. Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan secara ilustrasi bahwa setiap individu anak itu seperti tata surya dimana setiap planet memiliki orbitnya dan berputar pada porosnya masing-masing. Dengan kata lain adalah setiap anak memiliki kecapatan masing-masing dalam mempelajari dan memahami konsep sebuah materi atau ilmu. Dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi maka konsep yang telah dicanangkan oleh ki Hajar Dewantara 100 tahun lalu akan memberikan peserta didik kebahagiaan dan membuat mereka merdeka dalam mempelajari sebuah ilmu.


Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Peran dan nilai guru penggerak


Hubungan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan peran dan nilai guru penggerak adalah bagaimana seorang guru harus berinovasi dan kreatif dalam mengembangkan materi yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar dari setiap individu siswa dalam kelas. Karena kebutuhan siswa serta kodrat zaman dan kodrat alam yang berbeda maka pendidik haruslah mendesign sebuah pembelajaran yang mengakomodir itu semua.


Dengan memiliki nilai seperti kreatif dan kolaboratif yang ada dalam diri seorang guru, akan ada keberpihakan kepada anak murid dengan membuat pembelajaran yang kreatif dan kolaboratif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam pembelajaran di kelas. Diferensiasi Konten dan proses haruslah sekreatif mungkin agar muncul kolaborasi antar guru dan siswa dan antara siswa itu sendiri yang akan bermuara pada beragamnya hasil priduk yang dibuat oleh peserta didik. Dengan adanya pemahaman tentang keterkaitan pembelajaran dengan peran dan nilai guru penggerak ini diharapkan kita sebagai guru harus terus merefleksikan diri dan juga mandiri untuk terus belajar dan menggali segala potensi dalam diri dengan mempelajari hal-hal baru dalam mendukung keberpihakan pada murid dalam mengetahui segala kebutuhan belajar mereka agar profil pancasila yang dicita-citakan bisa tercapai.



Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan visi guru penggerak


Keterkaitan dari apa yang telah dibuat sebelumnya tentang visi guru penggerak dengan pembelajaran berdiferensiasi adalah bagaimana kita sebagai guru dapat menjalankan visi kita tentang harapan atau gambaran murid seperti apa yang kita inginkan di masa depan. Dengan membuat Visi kita tentang harapan kita tentang murid kita di masa depan maka kita akan melaksanakan misi-misi atau program yang berpihak pada kemerdekaan siswa dalam kelas.


Dengan Visi yang jelas akan memampukan kita agar bisa menggunakan pendekatan BAGJA agar bisa mengetahui hal-hal positif apa yang dimiliki oleh siswa-siswi kita. Dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (BAGJA) ini kita bisa menganalisis kebutuhan-kebutuhan belajar peserta didik kita di dalam kelas. Dengan BAGJA juga kita guru akan dengan mudah menentukan konten-konten dan proses seperti apa yang harus digunakan agar peserta didik mampu menghasilkan pruduk-produk hasil karya mereka yang luar biasa.


Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Budaya positif


Hubungan antara pembelajaran berdifrensiasi dengan Budaya positif sangatlah erat karena dengan menerapkan keyakinan kelas, para siswa bisa menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan dipakai dalam kolaborasi di dalam kelas. Dengan adanya keyakinan kelas, guru dan siswa akan saling mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam lingkungan kelas. Dengan adanya keyakinan kelas yang dibuat bersama maka akan muncul nilai saling menghargai dalam kelas. Dengan begitu, ketika pembelajaran berdiferensiasi diaplikasikan dalam kelas maka seluruh siswa dan guru akan mampu untuk saling berkolaborasi untuk menciptakan suasan belajar yang merdeka dan berpihak pada peserta didik.

Commenti


Komentar

Comparte lo que piensasSé el primero en escribir un comentario.
bottom of page