top of page

Contoh Jawaban Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching Pendidikan Calon Guru Penggerak

Contoh Jawaban Modul 2.3.a.9.

Koneksi Antarmateri - Coaching

Pendidikan Calon Guru Penggerak


Peran Guru sebagai Penuntun

(Sistem Among)

atau seorang Coach di sekolah

Memberikan apresiasi

​Memberikan apresiasi kepada murid sebagai mitra belajar. Guru sejatinya memiliki sebuah cara berpikir bahwa dalam proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ketika mendengarkan murid, guru belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenali muridnya secara mendalam. Demikian pula sebaliknya, tuntunan yang diberikan guru memberikan ruang bagi siswa untuk menemukan kekuatan dirinya sebagai murid dan sebagai manusia.

​Menuntun

​Menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat

Mengikuti, mendampingi dan mendorong

​Mengikuti/mendampingi/mendorong kekuatan kodrat murid secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Murid adalah seorang manusia yang memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih.

​Memberdayakan

​Memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru

Keterampilan coaching dapat membantu profesi Anda sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid.

Komunikasi yang Memberdayakan


Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan.


Komunikasi menurut Filsuf Jerman, Jurgen Habermas merupakan hubungan yang simetris atau timbal balik. Komunikasi selalu terjadi di antara pihak yang sama kedudukannya. Komunikasi justru bukan hubungan kekuasaan, melainkan hanya dapat terjadi apabila kedua belah pihak saling mengakui kebebasannya dan saling percaya. Komunikasi merupakan interaksi yang diantarkan secara simbolis, menurut Bahasa, dan mengikuti normanorma. Bahasa harus dapat dimengerti, benar, jujur dan tepat. Keberlakuan norma-norma itu hanya dapat dijamin melalui kesepakatan dan pengakuan bersama bahwa kita terikat olehnya. Komunikasi tidak mengembangkan keterampilan, melainkan kepribadian orang. Kita menjadi ahli komunikasi melalui internalisasi peran-peran sosial (Frans Magnis Suseno, Pijar-Pijar Filsafat, 2005, hal 186-188).


4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:

  1. Hubungan saling mempercayai

  2. Menggunakan data yang benar

  3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi

  4. Rencana tindak lanjut atau aksi data yang benar


Coaching

Di dalam dunia Pendidikan, Coaching dikenal sebagaisebagai:

  • sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)

  • kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)


Coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin di abad 21 yang perlu untuk terus dikembangkan, dan lewat keterampilan berkomunikasi yang terus diasah, kita dapat memberdayakan potensi murid kita sehingga baik mereka ataupun diri kita sendiri dapat optimal dalam belajar dan berkarya.


Empat aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching kita.

A. Komunikasi asertif

B. Pendengar aktif

C. Bertanya efektif

D. Umpan balik positif

TIRTA Sebagai Model Coaching

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan

1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

​Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)

1. Apa rencana pertemuan ini? 2. Apa tujuannya? 3. Apa tujuan dari pertemuan ini?

​Identifikasi Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)

​1. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang? 2. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan 3. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?

​Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)

1. ​Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan? 2. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu? 3. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?

​TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

​a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi? b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen? c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

Hubungan antara coaching & Pembelajaran berdiferensiasi


Dalam pembelajaran berdiferensiasi diadakan pemetaan dengan tiga cara.

  1. Minat

  2. Kesiapan belajar peserta didik

  3. Profil belajar peserta


Dengan memetakanketiga hal di atas maka coach bisa dengan mudah menggunakannya sebagai data dalam proses coaching Sehingga peserta didik Mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya dan menemukan solusi terbaik.

Hubungan antara coaching & Pembelajaran Sosial emosional


“Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.”


Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran budi pekerti tidak lain adalah menyokong perkembangan hidup anak-anak lahir dan batin, dari sifat kodrati menuju arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran ini berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memperhatikan tingkatan perkembangan jiwa mereka (Ki Hajar Dewantara dalam Mustofa, 2011).


Di dalam Kompetensi Sosial Emosional, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu:

  • Kesadaran diri

  • Pengelolaan Diri

  • Kesadaran Sodial

  • Keterampilan Berelasi

  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab


Kompetensi Sosial Emosional ini digunakan oleh seorang pendidik sebagai coach dalam proses coaching terhadap coachee agar terjadi pengendalian atau kontrol diri dan emosi terhadap coach maupun coachee sehingga secara emosional akan muncul rasa empati dan sosialisasi dalam mengambil keputusan yang tepat dan membahagiakan bagi coachee.


​Kesadaran diri

​Dalam kesadaran diri dapat membantu untuk bisa melakukan pengenalan emosi seperti yang dapat membantu baik coach maupun coachee untuk dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat.

​Pengelolaan Diri

Coach bisa membantu coachee dalam pengelolaan diri dengan memberikan latihan mindfulness agar bisa merilekskan pikiran sehingga proses coaching bisa berjalan dengan lancar

​Kesadaran sodial

Dalam proses coaching kita sebagai coach bisa harus memiliki jiwa berempati. Berempati merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami serta ikut merasakan perasaan-emosi orang lain sehingga dapat melihat perspektif sudut pandang orang lain. Baru setelah kita mampu melihat dari kaca mata orang lain, kita dapat menghargai dan memahami konteksnya

​Keterampilan Berelasi

Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik akan membantu coach dalam menggali kekuatan yang dimiliki oleh coachee. Coach herus mendalami keterampilan berelasi dengan baik. Berikut adalah beberapa keterampilan yang perlu dikembangkan untuk dapat membangun kerja sama dalam proses coaching yaitu: Keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif Keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok

​Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sesungguhnya adalah kemampuan yang jika secara konsisten dan berkelanjutan ditumbuhkan dan dibiasakan sejak dini, akan memungkinkan seseorang untuk bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan lebih berdaya lenting (resilience) dalam menghadapi segala konsekuensi yang harus dihadapi akibat keputusan yang dibuat dalam hidupnya. Dalam proses coaching kita sebagai seorang coach bisa menggunakan referensi strategi sederhana ini yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan coachee dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan menggunakan kerangka yang disebut POOCH - Problem (Masalah), Options (Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau konsekuensi), Choices (Keputusan yang diambil). Kerangka sederhana ini akan membantu seseorang memikirkan dengan baik berbagai aspek sebelum memutuskan sesuatu. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab


Comments


Komentar

Share Your ThoughtsBe the first to write a comment.
bottom of page