Salam dan Bahagia
Tidak terasa penulis telah mencapai minggu ke-12 pendidikan calon guru penggerak. Banyak sekali pengalaman dan ilmu baru yang penulis dapat sejauh ini. Penulis bersyukur berada pada lingkaran orang-orang hebat yang seperti Instruktur, fasilitator hebat Bapak Akhmad Waras, Pendamping Praktek Ibu Aplunia Dethan yang tidak bosan-bosannya selalu memberikan semangat kepada kami untuk terus maju untuk perubahan pendidikan yang lebih baik demi kebahagiaan peserta didik. Dan tidak lupa juga seluruh Calon Guru Penggerak hebat yang selalu bersama-sama saling mendukung untuk pendidikan yang lebih baik.
Pada kegiatan minggu ini dimulai dengan :
1. Membuat kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.
2. Menjelaskan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal.
3. Menjelaskan pula bagaimana melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.
Kegiatan selanjutnya para CGP ditugaskan untuk melaksanakan aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dan mengimplementasikannya pembelajaran Diferensiasi dalam praktik sehari-hari. CGP diarahkan untuk dapat melihat kembali RPP yang sudah dibuat di awal tahun ajaran/awal semester. Selanjutnya Para CGP diharapkan mencoba untuk menyesuaikannya dengan pemetaan profil murid yang sudah CGP buat, kemudian tambahkan diferensiasi konten/proses/produk yang mungkin dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas . Setelah itu, CGP diharapkan untuk memulai mengimplementasikan pembelajaran yang memuat pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas .
Mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi pada masa pandemi seperti ini merupakan sebuah tantangan tersendiri karena tentunya kita harus memiliki analisis yang kuat dalam melihat kebutuhan serta kesiapan belajar siswa. Penggunaan diferensiasi konten/proses dan produk adalah suatu tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Namun seperti yang telah disampaikan oleh fasilitator hebat kami bahwa untuk menjadikan pembelajaran berdiferensiasi itu berhasil membutuhkan proses yang tidak sebentar oleh karena itu ini saatnya untuk mencoba dan melaksanakannya di kelas.
Dengan adanya bantuan dan dukungan dari Fasilitator, Pendamping Individu dan teman-teman CGP lainnya makan penulis yakin pembelajaran berdiferensiasi akan berhasil untuk bisa memenuhi kebutuhan belajar dari setiap individu peserta didik di dalam kelas.
Tugas selanjutnya pada minggu ke 12 ini adalah melanjutkan pembelajaran di LMS Modul 2.2. yaitu mulai diri tentang pembelajaran sosial dan emosional.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah CGP mampu mengaitkan peranan aspek sosial dan emosional dalam keseharian sebagai guru.
Pada Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional ini para CGP diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar Peristiwa yang membuat merasakan emosi-emosi positif, Peristiwa yang memicu emosi-emosi negatif, beragam kegiatan belajar dan mengajar di kelas maupun lingkup sekolah. yang sudah pernah dilakukan, Harapan dan Ekspektasi bagi diri sendiri dan juga Harapan dan Ekspektasi bagi murid-murid.
Setelah mengeksplorasi materi mulai dari diri (tentang pembelajaran sosial dan emosional), kami melanjutkan dengan membaca dan memahami LMS 2.2.a.4 mulai halaman 1 s.d 14.
Setelah membaca LMS 2.2.a.4 mulai halaman 1 s.d 14, penulis memahami bahwa:
1. Pembelajaran sosial emosional (Social Emotional Learning) sangat penting dan merupakan alat yang dibutuhkan peserta didik kita untuk menjadi tangguh, menjadi pemecah masalah dan dengan harapan menjadi seorang pribadi yang baik kedepannya.
2. SEL memberikan pengembangan holistik peserta didik yang optimal sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sisi emosional mereka.
3. Dengan SEL juga bisa membawa keseimbangan untuk setiap individu dan membantu mengembangkan kompetensi pribadi apa yang dibutuhkan oleh setiap individu siswa untuk berkembang menjadi sukses.
4. Dalam Pembelajaran Sosial Emosional ini juga berbicara tentang apakah siswa bisa memahami kesadaran diri, apakah siswa mampu memahami pembelajaran sosial, apakah mereka bisa bertanggung jawab dan lai sebagainya.
Selanjutnya, Penulis bisa menyimpulkan bahwa, Pembelajaran sosial emosional (Social Emotional Learning) sangat penting dan merupakan alat yang dibutuhkan peserta didik kita untuk menjadi tangguh, menjadi pemecah masalah dan dengan harapan menjadi seorang pribadi yang baik kedepannya.
Kalau kita lihat dalam video pada materi SEL di LMS, para guru menjelaskan bahwa SEL memiliki tujuan tentang bagaimana memberikan pengembangan holistik peserta didik yang optimal sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sisi emosional mereka. Dengan SEL juga bisa membawa keseimbangan untuk setiap individu dan membantu mengembangkan kompetensi pribadi apa yang dibutuhkan oleh setiap individu siswa untuk berkembang menjadi sukses. SEL disini juga bisa membantu bagaimana peserta didik dapat menyatukan mereka sehingga anak-anak dapat berhubungan satu dengan yang lain, saling berbagi hal-hal positif bersama dan bisa menjadikan hidup pribadi dan dunia menjadi lebih efektif. Dari video tersebut juga menjelaskan ada mitos yang menyatakan bahwa pengetahuan itu adalah informasi yang dapat disambungkan ke otak seperti jenis bagian mekanis lainnya. Kebenarannya adalah pengetahuan itu adalah sesuatu yang konstruktif, pembelajaran/pengetahuan adalah relasional, dan kebenarannya adalah bahwa pembelajaran sosial emosional memberikan kita para pendidik mendapatkan perhatian sepenuhnya dari peserta didik dan hasil dari perhatian dari peserta didik kita, akan mendorong pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkembang dan bahagia. Pembelajaran sosial emosional adalah tentang bagaimana interaksi positif dalam lingkungan sekolah terutama dalam kelas. SEL ini juga tentang apa yang dialami siswa, apa yang dipelajari siswa, bagaimana guru mengajar dan menjadikan kelas lebih efektif dalam menggali potensi yang dimiliki peserta didik kita. Sekolah, kelas, kegiatan di luar kelas (ekstrakurikuler) bisa kita jadikan sebagai sebagai tempat dimana ada pertukaran pengetahuan-pengetahuan tentang dunia, pengetahuan tentang diri sendiri, pengetahuan tentang orang lain yang dimana siswa berinteraksi dengan semua jenis pengalaman. Hal tersebut membantu membentuk dan mengekspos dan membentuk cara-cara di mana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Dalam Pembelajaran Sosial Emosional ini juga berbicara tentang siswa, apakah siswa bisa memahami kesadaran diri, apakah siswa mampu memahami pembelajaran sosial, apakah mereka bisa bertanggung jawab?. Setelah kita berhasil menjadikan siswa kita memiliki pribadi sosial emosional yang baik, maka kita baru bisa berbicara tentang apa yang berlaku untuk akademisi dan semua keterampilan penting yang kita butuhkan untuk sukses dalam hidup. Untuk membuat sebuah Pembelajaran Sosial Emosional berhasil maka peserta didik belajar untuk membuat hati mereka terbuka, terlibat, terhubung, dan penuh dengan tujuan. Di dalam video tersebut, penulis mendapatkan kutipan yang luar biasa “Belajar itu Ajaib, dan melalui SEL kita dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan anak-anak mengakses keajaiban itu”
Setelah mempelajari Pembelajaran Sosial Emosional, kami melanjutkan dengan mempelajari tentang apa itu Kesadaran penuh (mindfulness).
Dari yang penulis dapati, latihan berkesadaran penuh (mindfulness) adalah waktu untuk menenangkan diri dalam mengambil keputusan. Dengan sedikit beristirahat atau merelaksasi tubuh, kerja otak kita akan kembali segar dan bisa mengambil keputusan dengan tepat sasaran.
Penggunaan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dengan menggunalan latihan S,T,O,P stop kita bisa melanjutkan kegiatan kita kembali. latihan ini dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas atau keputusan-keputusan yang harus diambil.
Penulis juga mempelajari tentang hubungan antara Prefrontal atau prefrontal cortex Dengan Latihan kesadaran penuh. adalah salah satu organ dalam otak kita yang bertugas untuk membuat kita bisa berpikir kritis. Prefrontal atau prefrontal cortex adalah Organ otak yang berfungsi melakukan pertimbangan-pertimbangan kritis tentang pengambilan keputusan berdasarkan faktor-faktor rasional. Prefrontal Cortex butuh banyak energi ketika bekerja makanya salah satu hal yang membantu kita berpikir dengan jernih adalah asupan energi (beristirahat) atau makanan yang bergizi. Biasanya dalam mengambil keputusan pertimbangannya datang dari pengalaman pengetahuan dan nilai-nilai yang kita yakini. Untuk membuat keputusan-keputusan yang rasional, ada baiknya diberikan jeda antara kejadian perubahan atau masalah yang sedang dihadapi lalu pertimbangkan dengan baik agar keputusan yang diambil tepat dan bisa diterima. Hubungan organ otak Prefrontal dengan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) adalah dibutuhkan waktu untuk menenangkan diri dalam mengambil keputusan. Dengan sedikit beristirahat atau merelaksasi tubuh, kerja otak kita akan kembali segar dan bisa mengambil keputusan dengan tepat sasaran. Penggunaan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dengan menggunakan latihan S,T,O,P stop kita bisa melanjutkan kegiatan kita kembali. latihan ini dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas atau keputusan-keputusan yang harus diambil.
Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat bermanfaat bagi CGP jika CGP memberikan perhatian yang berkualitas pada setiap kegiatan yang dilakukan. Terutama ketika diperhadapkan dengan situasi sulit dan menantang berkaitan dengan ketidakdisiplinan murid dan tindakan negatif lainnya saya bisa respon dengan menarik napas, memberikan perhatian dan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri,berusaha untuk selalu bahagia.
Sebagai seorang pendidik tentunya kita akan berhadapan dengan karakter siswa yang berbeda-beda dan memiliki kebutuhan dasar yang berbeda-beda pula. Dalam tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik, ada kalanya kita akan berhadapan dengan masalah-masalah sosial yang menantang yang menuntut kita sebagai seorang pendidik untuk bisa berpikir jernih dan bisa mengambil keputusan yang bijak. Meskipun kita sudah melaksanakan keyakinan kelas dan juga penggunaan segitiga restitusi, tentunya pasti ada saja-masalah yang timbul dari tindakan-tindakan yang dibuat oleh siswa yang menuntut kita untuk bisa mengambil keputusan atau tindakan yang berpihak pada murid. latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan dalam pekerjaan kita sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas anda atau juga dalam mengambil keputusan-keputusan dari tindakan keyakinan kelas yang dilanggar.. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat dipraktekkan sebagai jeda dalam mengerjakan tugas atau untuk membantu kita untuk berpikir jernih dalam mengambil opsi dari mencari jalan keluar yang baik dari masalah sosial yang ditimbulkan oleh peserta didik.
Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup (Well-being) ekosistem sekolah.
well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernapas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, mengelola emosi yang muncul, hingga dapat membuat pilihan/mengambil keputusan yang lebih responsif, bukan reaktif.
Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, apa nilai-nilai diri yang diyakini, memunculkan empati untuk memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dengan hadir secara penuh. Guru akan memilih untuk bertanya pada murid tersebut untuk memahami apa yang terjadi. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi pembelajaran. Lingkungan belajar dan suasana belajar yang kondusif akan membantu tumbuhnya kesadaran diri murid tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik. Tumbuhnya kesadaran sosial yang lebih baik yang didasarkan pada perhatian yang bertujuan juga akan membantu murid dalam memproses informasi secara lebih baik. Jika murid dapat mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara perlahan tumbuh optimisme dan tingkat efikasi dalam dirinya.
Untuk menjadikan siswa berhasil dalam pembelajaran, dibutuhkan sebuah pemikiran positif atau optimisme yang tinggi dalam diri dalam sebuah pembelajaran karena dengan adanya pemikiran dan optimisme yang positif, maka akan memberikan stimulus yang positif dalam diri sehingga keberhasilan akan menjadi sebuah keniscayaan.
Ada banyak penelitian yang menyatakan tentang pentingnya optimisme dan tingkat efikasi diri dalam mendorong keberhasilan pembelajaran seseorang. Salah satunya adalah penelitian Seligman (dalam Hoy, Tarter & Hoy, 2006) menjelaskan tentang optimisme sebagai faktor pendukung kesuksesan dalam akademik. Hal ini dapat menjelaskan tentang dampak pembelajaran sosial dan emosional meningkatkan performa akademik murid dalam jangka panjang.
Setelah mengeksplorasi latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dan manfaatnya, kami terus mendalami modul ini dengan menganalisis 5 kasus yang dihadapi oleh Pak Eling pada forum diskusi.
Tujuan dalam diskusi ini adalah pengembangan gagasan dan pencapaian pemahaman bersama, sehingga dapat memperkuat pemahaman konsep yang lebih baik.
Setelah mempelajari materi pada minggu ini terutama modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional, penulis merasa senang dan bahagia karena minggu ini penulis telah mendapatkan sebuah ilmu yang baru bahwa Pembelajaran sosial emosional (Social Emotional Learning) sangat penting dan merupakan alat yang dibutuhkan peserta didik kita untuk menjadi tangguh, menjadi pemecah masalah dan dengan harapan menjadi seorang pribadi yang baik kedepannya. SEL juga memberikan pengembangan holistik peserta didik yang optimal sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sisi emosional mereka. Dengan SEL juga bisa membawa keseimbangan untuk setiap individu dan membantu mengembangkan kompetensi pribadi apa yang dibutuhkan oleh setiap individu siswa untuk berkembang menjadi sukses. Dalam Pembelajaran Sosial Emosional ini juga berbicara tentang bagaimana siswa bisa memahami kesadaran diri, bagaimana siswa mampu memahami pembelajaran sosial, bagaimana mereka bisa bertanggung jawab dan lain sebagainya.
Penulis juga merasa senang karena pada materi minggu ini, penulis mempelajari bahwa ketika kita letih dan lelah dengan berbagai macam tugas dan tantangan yang diberikan setiap harinya dan membutuhkan sebuah keputusan atau tindakan, maka yang harus kita lakukan adalah berhenti sejenak dengan segala kepenatan tersebut dengan merileksasikan tubuh dalam posisi yang nyaman.Ketika kita merilekskan tubuh kita, kita bisa melakukan sebuah latihan sederhana denga menggunakann latihan berkesadaran penuh (mindfulness). Dengan menggunalan latihan S,T,O,P kita bisa melanjutkan kegiatan kita kembali. latihan ini dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas atau keputusan-keputusan yang harus diambil.
Harapan penulis setelah mengikuti pembelajaran minggu ini adalah mengaplikasikan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dan latihan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dalam kehiduppan penulis sebagai seorang pendidik.
Sebagai penutup, pembelajaran diferensiasi dan budaya positif akan lebih lengkap lagi kalau dipadukan dengan Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE)Bapak Ibu wajib memahami kedua materi ini sebagi modal dalam pembelajaran yang berpihak pada siswa
SALAM dan BAHAGIA
Comentários