top of page

Contoh Jurnal Refleksi Minggu ke delapan belas (18) Pendidikan Calon Guru Penggerak

Salam dan Bahagia


Keputusan merupakan tindakan yang akan memberikan sebuah perubahan baik itu perubahan yang menuju ke arah yang baik-maupun buru. Keputusan juga merupakan sebuah langkah menuju tahapan kedewasaan berpikir. Keputusan juga bisa memberikan gambaran sebuah imajinasi yang dituangkan dalam sebuah realita.


Keberanian dalam mengambil keputusan merupakan sebuah proses alami bagi para calon pemimpin yang siap menerima resiko dari apa yang diputuskan.

Menurut CGP, dalam perjalanan petualangan hidup kita, semuanya merupakan jalan kehidupan yang penuh dengan keputusan-keputusan yang akan bersumber pada:

1. Kontrol diri

Ketika kita mengambil sebuah keputusan, tubuh dan pikiran kita memberikan kita kesempatan untuk bisa mengontrol diri dari belenggu kekhawatiran. kekhawatiran merupakan hal yang lumrah dalam diri manusia sehingga bisa menjadi sebuah kecemasan berpikir yang bisa memberikan dampak pada sebuah hasil keputusan.

2. Menyadari diri

Menyadari diri merupakan sebuah posisi refleksi dalam menyadari keputusan yang akan di ambil, menyadari diri memberikan peluang kepada kita untuk sadar terhadap diri dan juga tentang apa yang akan diputuskan. Memiliki kesadaran diri yang ter pola dengan baik dalam diri akan memberikan kemampuan untuk berpikir jernih dan ter pola sehingga keputusan yang diambil akan memberikan efek yang positif baik dalam individu maupun kelompok.

3. Kemampuan diri

Kemampuan diri merupakan suatu dasar yang harus dimiliki oleh seorang yang bermimpi menjadi seorang pemimpin. Setiap pemimpin harus mengenali kemampuan diri yang dimilikinya. Kemampuan diri ini juga merupakan hal dasar dari segala inovasi-inovasi atau upgrade diri yang akan dilakukan. Dengan mengenal kemampuan diri sendiri kita akan bisa terbuka dengan segala banyak hal yang bisa membantu mengupgrade kemampuan diri agar pada saat seseorang diberi kesempatan untuk memimpin, keputusan yang diambil akan bermanfaat dan berguna bagi sekelompok besar anggota organisasi.

4. Kebahagiaan diri

Kebahagiaan diri merupakan Kunci utama dalam mengambil sebuah keputusan yang besar. Seorang pemimpin yang baik harus bisa menjaga sisi kebahagiaannya karena jika tidak ada kebahagiaan diri, maka keputusan-keputusan yang diambil merupakan keputusan yang berlandaskan kebahagiaan tanpa paksaan.(Seprianus Bantaika)


Dari 4 hal yang CGP buat dia atas, sangat berkorelasi dengan materi yang CGP dapat dalam modul ini.

Keberpihakan terhadap murid merupakan sebuah kewajiban yang perlu ada dalam diri dan batin setiap guru yang ingin mewujudkan profil pelajar pancasila yang dicita-citakan. Keberpihakan terhadap murid kita bukan saja tentang bagaimana kita membuat pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas namun juga menumbuhkan rasa kebahagiaan, kreativitas, keberanian dan juga nilai-nilai universal yang diyakini oleh dan disepakati bersama. Keberpihakan terhadap murid merupakan sebuah tanda dimana “MENGHAMBA” kepada murid menjadi kunci agar kita sebagai guru bisa memiliki peran yang lebih selain memberikan ilmu-ilmu sebagai bekal masa depan mereka.


Maksudnya adalah dengan keberpihakan kepada murid memberikan keyakinan kepada kita guru bahwa pendidikan merupakan sebuah ruang dimana terjadinya komunikasi yang membangun kejujuran, kreativitas, keberanian dan tanggung jawab. (Seprianus Bantaika)

Apa yang disampaikan oleh CGP selaras dengan kutipan

Georg Wilhelm Friedrich Hegel yaitu: Education is the art of making man ethical. (Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia) menjadi berperilaku etis.

Kutipan dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel, CGP bisa menggambarkan bahwa pendidikan itu merupakan sebuah aktivitas yang harus menyenangkan, imajinatif, kreatif dan terbuka (terbuka dalam pemikiran serta perkembangan), yang membuat pendidikan tersebut memiliki cita rasa seni yang tinggi.


Pendidikan itu juga bisa kita ibaratkan sebagai sebuah permainan orkestra dimana pemimpin orkestra memiliki peran penting dalam mengharmonisasi setiap alat musik yang dimainkannya. Pemimpin sebuah Orkestra harus mampu mengetahui setiap kelebihan dari alat-alat musik yang dimainkan, bagaimana mengkolaborasikannya dengan alat musik yang lain sehingga bisa memberikan hiburan yang layak bagi para penikmat seni yaitu masyarakat.


Dengan tujuan agar para peserta didik berperilaku etis baik dalam maupun diluar lingkungan sekolah maka perlu adanya guideline/panduan yaitu nilai-nilai universal yang harus dipegang oleh mereka penerus masa depan bangsa.


Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran merupakan sebuah cara dimana kita sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki kejelian, kepekaan dan analisis yang kuat dalam mengambil sebuah keputusan.


Sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid, keputusan-keputusan tersebut haruslah bermuara pada kebahagian peserta didik.

Dalam pengambilan sebuah keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus bisa melihat 3 aspek utama yaitu:

  1. Sebuah keputusan harus bisa dipertanggungjawabkan

  2. Keputusan yang diambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal

  3. keputusan tersebut harus berdampak keberpihakan terhadap murid

Selain itu, pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki keberanian yang besar dalam menentukan arah kebijakan yang akan dibuat.


Agar dapat membantu seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan maka perlu kita cermati tentang apa itu dilema etika dan bujukan moral.


Dalam diri seorang pemimpin pembelajaran saat mengambil sebuah keputusan perlu adanya pemahaman apakah keputusan tersebut akan berdampak baik atau tidak, sehingga tidak mencederai perasaan individu maupun kelompok.


Karena ketika kita menghadapi sebuah masalah yang melibatkan individu atau kelompok, kita perlu mengetahui apakah masalah/kasus tersebut masuk dalam Dilema Etika atau bujukan Moral.


Dilema Etika lebih dilihat dari sisi kemanusiaan karena apapun sebuah keputusan yang diambil sama-sama benar (Benar VS Benar). Lain halnya dengan bujukan Moral dimana keputusan yang diambil harus bisa menentukan kasus tersebut apakah benar atau salah (Benar VS Salah)


Bujukan Moral bisa kita lihat merupakan ciri kasus yang dimana bisa dengan cepat seorang pemimpin pembelajaran mengambil sebuah keputusan dengan melihat (regulasi atau peraturan yang ada).

Dilema Etika merupakan kasus yang bisa dilihat sedikit lebih rumit ketimbang bujukan moral karena dalam kasus dilema etika, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu melihat kasus tersebut secara mendalam dan menganalisis kasus tersebut secara positif.


Karena apapun keputusan yang diambil adalah benar (Benar jika kita mengambil keputusan yang ini dan benar juga jika kita mengambil keputusan itu)

Namun sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang baik, sebelum memutuskan sebuah kasus dilema etika perlu adanya analisis dari berbagai paradigma mengambil keputusan, prinsip dalam mengambil keputusan dan juga melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kasus dilema etika memerlukan analisis yang baik dari seorang pemimpin pembelajaran maka seorang pemimpin pembelajaran memerlukan sisi emosional yang baik. Sisi emosional bisa dipelajari dengan melakukan mindfulness dan melakukan latihan pernapasan sehingga keputusan yang diambil benar-benar bisa dipertanggungjawabkan yang memiliki nilai-nilai universal yang diyakini.


Pada awal CGP membaca judul Modul ini tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, CGP berpikir bahwa modul ini berisi tentang berbagai contoh-contoh keputusan dari berbagai masalah yang dihadapi ketika menjadi pemimpin pembelajaran yang bisa digunakan dalam mengambil sebuah keputusan. Maksudnya adalah pemikiran awal CGP bahwa modul ini sudah menyiapkan segala jawaban yang bisa dipakai sebagai keputusan ketika pemimpin pembelajaran menghadapi dilema etika.


Namun, pemikiran CGP dengan materi yang didapat sangat berbeda. Dalam Modul ini, CGP diharapkan secara mandiri dan bertanggung jawab untuk membuat keputusan dilema etika yang dialami oleh individu maupun organisasi.


Tidak ada bantuan atau kisi-kisi jawaban dari modul ini sehingga CGP harus bisa menganalisa kasus dan mengambil keputusan dilema etika secara sadar dan bertanggung jawab dengan menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan juga 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.


CGP memiliki pengalaman dalam pengambilan keputusan Dilema Etika. Kasus ini sekitar 6 tahun lalu dimana CGP seorang guru honor diminta oleh Kepala sekolah untuk membuat sanggar seni sekolah yang berisi tarian dan musik tradisional.


Karena kebetulan CGP sedikit mengetahui tarian dan musik etnik di daerah CGP maka CGP menyanggupi apa yang disuruh Kepala Sekolah. Salah satu alasan mengapa CGP menerima tantangan tersebut karena CGP melihat banyak potensi siswa-siswi dalam bidang seni.


Namun setelah CGP berpikir, yang seharusnya membuat sanggar seni adalah para guru atau MGMP seni budaya. Karena bagaimanapun Mereka yang mengenyam pendidikan tersebut di bangu kuliah.

Muncul pertanyaan dalam benak CGP apakah harus mengajak mereka atau tidak.

Jika kasus di atas bisa CGP korelasikan dengan materi ini maka

Keputusan yang diambil adalah memberitahu kepada guru Mapel SBD bahwa Kepala sekolah menginginkan untuk membuat sanggar seni sekolah dan sekaligus mengajak teman-teman guru SBD untuk bisa ikut andil dalam kegiatan ekstrakurikuler ini.

Selanjutnya, prinsip mana yang digunakan dalam kasus di atas adalah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) karena menurut CGP prinsip ini berpikir berbasis rasa Peduli selain memberikan batasan-batasan pada tindakan kita namun juga mendukung agar diri kita memikirkan kepentingan orang lain. Prinsip ini banyak melibatkan empati seseorang terhadap pihak lain. Seandainya saya di posisi dia apa yang akan saya lakukan. Lebih lanjut, dalam kasus ini, CGP melihat dengan menggunakan prinsip ini maka teman-teman dari MGMP seni budaya juga merasa dihargai sehingga proses pembuatan sanggar ini bisa berjalan dengan lancar.


Namun, jika dilihat dari kasus ini, terlihat ada nilai-nilai yang saling bertentangan yaitu nilai saling menghargai, empati, kerjasama, berorganisasi, persahabatan dan rasa hormat sehingga CGP merasa harus ada keterlibatan antara CGP dan teman-teman dari MGMP Seni Budaya.

Dari Kasus tersebut, terdapat beberapa fakta yang bisa dipakai sebagai tolak ukur dalam mengambil keputusan yaitu:

  1. Kepala sekolah meminta CGP untuk membuat sanggar seni Tradisional di sekolah untuk mengakomodir siswa-siswi yang mempunyai bakat pada bidang tersebut.

  2. CGP tidak memiliki latar belakang pendidikan Seni Budaya

  3. CGP merasa perlu adanya kolaborasi dengan MGPM Seni Budaya dan sekalian meminta ijin untuk membuat sanggara seni di sekolah

  4. Mengajak MGMP Seni Budaya agar bisa bergabung

Dilihat dari fakta-fakta di atas CGP melihat bahwa:

  1. Tidak ada ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut/(Uji legal).

  2. Tada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut (Uji regulasi)

  3. Ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi) Karena CGP Merasa perlu ada komunikasi tentang hal ini dengan MGMP Seni Budaya karena bagaimanapun ini adalah ranah mereka sehingga perlu adanya ajakan untuk bisa berkolaborasi dengan mereka dalam pembuatan sanggar seni sekolah.

  4. Untuk kasus ini, Keputusan untuk membuat sanggar ini perlu adanya promosi agar bisa merangkul siswa-siswi yang memiliki minat dan bakat di bidang Seni. Dan apabila banyak siswa yang merespon, maka akan ada rasa bahagia dari CGP karena itu bisa memberikan keyakinan kepada CGP untuk terus melanjutkan dan mengembangkan sanggar seni ini!

  5. Panutan saya dalam bidang seni adalah pelatih tari saya sehingga saya merasa Beliau akan senang jika apa yang diajarkan beliau selama ini kepada CGP bisa terus menjadi berkat kepada orang lain.

Katika kasus ini merupakan situasi kasus dilema etika maka paradigma yang dipakai adalah Individu lawan masyarakat (individual vs community).

CGP melihat bahwa ada 2 paradigma yang terjadi dalam kasus ini yaitu:

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar.

Disini CGP dilema antara apakah harus menjalankan sanggar ini tanpa perlu diketahui oleh para MGMP atau Memberi informasi kepada MGMP SBD tentang tugas yang diberikan kepada CGP oleh kepala sekolah.

  1. Dilema yang kedua adalah Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Dalam Kasus ini CGP melihat bahwa CGP harus memiliki itikad baik meminta izin kepada MGMP Seni Budaya dalam rangka membuat sanggar seni sekolah sehingga ada rasa saling hormat dan kesetiaan dalam hubungan dengan rekan sejawat.

Prinsip yang dipakai dalam kasus ini adalah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dari kasus ini CGP bisa menggunakan komunikasi yang aktif dengan teman-teman MGMP Seni budaya untuk sekalian mengajak mereka untuk bergabung menggembangkan sanggar sekolah ini.

Keputusan yang saya ambil adalah menjalankan perintah dari kepala sekolah untuk membuat sanggar seni sekolah dan selanjutnya mengajak teman-teman MGMP SBD untuk bisa berpartisipasi aktif dalam pembuatan sanggar ini.


Menurut CGP Keputusan yang diambil sudah sangat benar karena CGP merasa perlu adanya sanggar seni sekolah agar dapat mengakomodir siswa-siswa yang memiliki kompetensi di bidang seni. Keputusan untuk mengajak MGMP Seni Budaya sangat tepat karena bagaimanpun ini merupakan ranah pendidikan para Guru seni budaya.

Dalam Kasus ini CGP dapat menjaga komitmen agar terus berusaha berama MGMP seni budaya untuk terus menggarap dan mengembangkan sanggar ini agar lebih banyak merangkul siswa-siswi yang memiliki kompetensi di bidang seni.


Meskipun Modul ini belum selesai, namun sejauh ini CGP merasa materi dalam modul ini sangat-sangat bermanfaat untuk CGP dalam mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Selama ini CGP selalu mengambil keputusan dengan menggunakan kemampuan analisis yang terbatas dan lebih sering membuat keputusan secara instan tanpa memikirkan apa konsekuensi dari keputusan yang dibuat. CGP juga sering menggunakan sisi egois dalam mengambil keputusan tanpa memikirkan dampak terhadap orang lain.


Namun, CGP mulai sadar bahwa untuk memutuskan sebuah dilema dalam hal ini dilema etika perlu adanya pemikiran yang tenang dan jangan gegabah sehingga CGP harus bisa menganalisa kasus dan mengambil keputusan dilema etika secara sadar dan bertanggung jawab dengan menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan juga 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Materi dalam modul ini merupakan sebuah pedoman yang sangat baik bagi CGP secara individu dalam meningkatkan intuisi dan cara berpikir yang lebih kritis dalam menanggapi serta memutuskan sebuah keputusan yang melibatkan dilema etika sehingga kedepan sebagai seorang pemimpin pembelajaran CGP mampu meminimalkan kesalahan dalam mengambil keputusan sehingga mampu memberikan keputusan yang memuaskan bagi sebagian besar pihak.


Setelah mempelajari modul ini, CGP merasa perlu untuk mengaplikasikan nya dalam kehidupan CGP baik dalam dunia Kerja maupun dalam lingkungan masyarakat. Karena Bagaimanapun permasalahan akan terus datang silih berganti tanpa mengenal waktu dan tempat. Sehingga dengan bekal ilmu yang CGP dapatkan dari modul ini bisa CGP aplikasi kan dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat.

Memang, Setiap keputusan yang sebaik apapun tentu tidak bisa memuaskan semua pihak, Namun dengan bekal ini, CGP yakin keputusan yang akan dibuat akan memberikan dampak yang positif dalam perkembangan individu maupun organisasi..


Salam dan Bahagia

Comments


Komentar

Bagikan Pemikiran AndaJadilah yang pertama menulis komentar.
bottom of page