top of page

Contoh Jurnal Refleksi Minggu ke dua puluh dua (22) Pendidikan Calon Guru Penggerak

Salam dan Bahagia


Sebelum mengikuti modul ini CGP sering menilai kekurangan yang ada dalam diri sendiri, diri orang lain dan juga komunitas tempat CGP bekerja ketimbang melihat hal-hal positif yang dimiliki. Selain itu ketika CGP melihat kekurangan yang dimiliki sebagai sesuatu yang tidak bisa dikembangkan lagi.


Namun setelah mengikuti modul ini, CGP menggunakan satu kata untuk mewakili perasaan CGP saat ini yaitu “Mengapresiasi”. Mengapresiasi merupakan kata dimana kita bisa melihat kelebihan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset atau (Asset Based Thinking).


Dengan mengapresiasi, kita memiliki jiwa untuk menghargai kelebihan yang dimiliki oleh aset-aset kita. Dengan menghargai kelebihan-kelebihan yang dimiliki maka akan ada proses perkembangan diri dan komunitas ke arah yang lebih baik.


Jika kita bisa Ilustrasikan, pendekatan berbasis masalah itu seperti sebuah sekolah yang tidak memiliki Aula dimana setiap warga sekolah tidak pernah mengadakan pentas seni dengan orangtua siswa dikarenakan tidak ada ruangan yang memadai untuk melangsungkan kegiatan tersebut.


Namun, jika kita menggunakan pendekatan berbasis aset maka kita akan menggunakan aset-aset yang dimiliki sekolah untuk bisa digunakan untuk menjalankan Pentas seni.


Kita bisa ambil contoh: Kita menggunakan dan menggabungkan meja-meja yang ada untuk dijadikan sebagai media untuk membuat panggung untuk pementasan.


Kita juga bisa menganalogikan modul ini sebagai seorang saudagar sawah yang menugaskan beberapa petani untuk menjaga dan merawat tanamannya. Untuk menjaga tanamannya agar tumbuh dengan kodratnya, sodagar sawah tersebut harus melihat aset-aset yang bisa dipakai untuk membuat tanamannya bisa bertumbuh dengan baik.

Sebagai contoh jika saudagar tidak memiliki obat pembasmi rumput liar maka saudagar tersebut bisa menggunakan kekuatan yang dimiliki si petani tersebut dengan bisa menggunakan sabit atau tangan untuk membersihkan rumput liar.


Dari pembelajaran pada Modul ini membuka wawasan CGP lebih luas lagi tentang bagaimana menggunakan aset-aset atau modal yang dimiliki sekolah untuk menjadikan kekuatan.

Dengan pemanfaatan aset atau modal yang ada maka kita tidak akan fokus kepada masalah melainkan fokus terhadap mengembangkan komunitas kearah yang lebih baik.


Memulai perubahan yang positif merupakan sebuah tindakan berani yang dimulai dari dalam diri.Namun, berani tidaklah cukup dan harus didampingi dengan aksi-aksi nyata untuk bisa sehingga memunculkan hasil-hasil yang menuju ke arah yang positif.


Selain itu, mulai dari diri adalah kunci awal dari sebuah kegerakan dimanapun dan kapanpun karena “jembatan pemisah antara mimpi dan kenyataan adalah sebuah aksi nyata, tanpa aksi nyata maka mimpi atau keinginan hanya sebuah khayalan”

Kita manusia pada umumnya memiliki kualitas untuk bisa menjadi apapun yang kita mau, namun semuanya itu harus didasari dengan nilai-nilai universal yang melekat dalam diri.


Nilai universal seperti jujur, disiplin, menghargai sesama, menghargai perbedaan, kreatif, kolaboratif merupakan segelintir nilai-nilai dasar universal yang harus dimiliki jika ingin melakukan aksi-aksi nyata yang positif.


Ketika nilai–nilai universal yang kita percayai sudah menjadi batu penjuru dalam kehidupan kita, maka kesempatan-kesempatan untuk menunjukkan kualitas kita akan terbuka dengan sendirinya karena dimanapun dan kapanpun setiap orang yang memiliki nilai-nilai kebajikan universal akan memberikan dampak yang nyata di tempat pelayanannya, komunitas atau tempat kerjanya.


Berbicara tentang dampak yang nyata bagi komunitas maupun kelompok, seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan akan berfokus kepada pencarian hal-hal positif yang ada pada komunitasnya sehingga bisa dikembangkan ke arah yang lebih baik. Dengan berfokus dengan apa yang baik yang ada di dalam komunitasnya, akan terpancar aura-aura semangat yang positif dari setiap individu-individu yang ada di komunitas/kelompok tersebut.


Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal pada umumnya harus bisa memiliki nilai-nilai universal yang dia percayai sebagai panduan hidup bermasyarakat dan komunitas. Nilai-nilai universal seperti:

  1. Jujur

  2. Disiplin

  3. Mandiri

  4. Reflektif

  5. Kolaboratif

  6. kreatif

  7. Berpihak pada kepentingan orang banyak

Seorang pemimpin memiliki berbagai banyak tugas yang harus diemban. Selain mengerjakan tugas-tugas yang bersifat administratif, seorang pemimpin yang memiliki nilai-nilai universal tentunya juga bertugas untuk memastikan segala sumber daya yang dipimpinnya bisa berjalan optimal sehingga semua program-program yang ingin dijalankan bisa berjalan dengan baik.


Sumberdaya memiliki peran yang sangat vital dalam menjalankan sebuah organisasi atau komunitas. Dengan memiliki sumberdaya yang optimal maka jalannya komunitas tersebut akan semakin baik.


Namun, kita tidak dipungkiri bahwa setiap komunitas pasti memiliki sumberdaya yang berbeda-beda. Ada komunitas atau organisasi yang sudah memiliki sumberdaya yang menjanjikan namun ada juga yang sumber dayanya belum maksimal.


Terkadang jika sumber daya yang dimiliki belum memadai, maka akan ada pemikiran pesimis dalam menjalankan komunitas atau kelompok tersebut.


Namun, jika kita melihat esensi dari seorang pemimpin maka kita bisa menyimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik memiliki tugas untuk bisa memaksimalkan seluruh sumber daya yang ada di dalam komunitas atau kelompok yang dipimpinnya.


Di dalam dunia pendidikan, sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan menghadapi berbagai macam permasalahan yang kemudian menuntut kita mengambil keputusan apakah itu sebuah Dilema Etika maupun bujukan moral.

Namun selain mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran juga harus bisa memiliki kompetensi dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah.


Berbicara tentang peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah, CGP mengambil gambaran bahwa peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah yaitu mengoptimalkan kelebihan dari Sumber daya yang dimiliki sekolah dan digunakan untuk mengembangkannya ke arah yang lebih baik.


Sumber daya seperti siswa, guru maupun hal-hal yang dimiliki sekolah merupakan aset sumber daya sekolah yang bisa di optimal-kan ke arah lebih baik. Lebih lanjut, sebagai seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus mengetahui ekosistem yang ada di sekolah. Dalam ilmu Biologi, Ekosistem adalah Interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan ekosistem yang mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.


Sekolah sebagai Ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik atau unsur yang hidup dan faktor abiotik atau unsur yang tidak hidup.


Unsur-unsur biotik dalam ekosistem sekolah beberapa di antaranya adalah:


  1. Murid yaitu anak yang sedang belajar di sekolah

  2. Kepala sekolah yaitu guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar

  3. Guru yaitu orang yang profesinya mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

  4. Staf atau tenaga kependidikan yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan

  5. Pengawas sekolah yaitu guru PNS yang diangkat dalam jabatan pengawas dalam satuan pendidikan

  6. Orang tua murid dan masyarakat sekitar sekolah

Adapun unsur-unsur abiotik dalam ekosistem sekolah diantaranya adalah:


1. Keuangan yaitu semua sumber pendanaan yang dimiliki oleh sekolah yang dikelola untuk keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.


2. Sarana dan prasarana yaitu alat yang digunakan baik secara langsung dan tidak langsung yang pengelolaannya ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan


Pada umumnya seorang pemimpin yang memimpin sebuah komunitas atau kelompok melakukan pendekatan


berbasis kekurangan atau (Defisit Based thinking).


Pada pendekatan ini biasanya pemimpin akan fokus pada apa yang mengganggu apa yang kurang dan apa yang tidak bekerja segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif semakin lama secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.


Namun, sebagai seorang Guru penggerak dan pemimpin dalam sebuah komunitas kelas harus bisa melakukan pendekatan berbasis aset atau (Asset Based Thinking). Pendekatan berbasis aset merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. Kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja yang menjadi inspirasi yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Di dalam sebuah komunitas yang menggunakan pendekatan berbasis aset, kesemuanya digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas.


Dari penjelasan di atas penulis bisa menyimpulkan bahwa, Seorang pemimpin yang baik harus bisa mengelola sumber daya yang ada di komunitas atau kelompok yang dimilikinya. Selain itu, Seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya harus bisa melihat aset-aset berharga yang dimiliki untuk bisa terus dikembangkan ke arah yang lebih baik.


Pemanfaatan aset atau modal yang dimiliki dalam komunitas dan lingkungan sekolah


Memimpin sebuah komunitas atau sebuah kelompok bukan sebuah perkara yang mudah. Perlu banyak bekal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar bisa memaksimalkan segala hal yang ada di dalam komunitas atau kelompok tersebut.


Salah satu aspek yang sangat fundamental bagi seorang pemimpin adalah bagaimana cara pandang seorang pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.


Jika dilihat dari secara umum, dalam pengelolaan sumber daya selama ini kita hanya lebih fokus terhadap sumber daya yang sudah terlihat dan yang sudah terbukti hasilnya dan mengabaikan sumber daya yang lain yang sebenarnya bisa dikembangkan menjadi aset sekolah yang lebih baik ke depannya.


Pada umumnya Pengelolaan Sumber Daya dalam komunitas/kelompok menggunakan 2 pendekatan yaitu:


Pendekatan berbasis kekurangan atau (Defisit Based thinking).


Pada pendekatan ini biasanya pemimpin akan fokus pada apa yang mengganggu apa yang kurang dan apa yang tidak bekerja segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif semakin lama secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.


Namun, pemimpin dalam sebuah komunitas yang baik dan mengutamakan berkembangnya komunitas yang dipimpinnya maka harus menggunakan pendekatan berbasis aset atau (Asset Based Thinking). Pendekatan berbasis aset merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. Kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja yang menjadi inspirasi yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Di dalam sebuah komunitas yang menggunakan pendekatan berbasis aset, kesemuanya digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas.


Lebih lanjut, pendekatan ini juga fokus pada

  1. Aset dan kekuatan,

  2. Membayangkan masa depan

  3. Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut

  4. Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

  5. Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

  6. Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Jika kita tarik lebih dalam lagi, Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan sebuah pendekatan yang dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).


Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.


Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.


Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.


Sekolah adalah merupakan miniatur dari sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah. Lebih lanjut, sekolah merupakan sebuah komunitas yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah.


Sebagai seorang pemimpin, sumberdaya yang ada di lingkungan sekolah maupun sumberdaya yang ada di sekitar lingkungan sekolah merupakan modal/aset yang sangat bermanfaat bagi perkembangan sebuah komunitas sekolah.


Aset-aset ini menjadi tulang punggung yang bisa membawa lingkungan sekolah yang berpihak pada kebahagiaan para peserta didik. Dengan memaksimalkan aset/modal yang ada maka aset/modal tersebut akan bergerak secara optimal.


Berbicara tentang aset/ modal, sekolah memiliki 7 aset yang bisa digerakkan dan dikembangkan sehingga bisa memaksimalkan hal-hal positif yang berada pada sekolah tersebut sehingga bisa menuju ke arah yang lebih baik.


  1. Modal manusia

  2. modal sosial

  3. modal fisik

  4. modal lingkungan

  5. modal finansial

  6. modal politik dan

  7. modal Agama dan budaya

7 Modal diatas merupakan modal-modal yang harus bisa dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin karena apabila kita sudah memutuskan melakukan suatu perubahan dari hal positif yang ada pada sekolah maka seluruh warga sekolah dan unsur terkait yang ada pada ketujuh aset/modal tersebut harus bisa berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan perubahan dan perubahan tersebut pasti akan terjadi.


Pengelolaan Sumber Daya’ dan Implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.


Berbicara tentang aset/modal, semuanya memiliki hubungan yang saling terikat satu sama lain sehingga berkembangnya sebuah komunitas perlu adanya kolaborasi antara aset-aset yang dimiliki tersebut. Dengan adanya kolaborasi antar aset-aset tersebut maka akan menghasilkan dampak-dampak yang positif di lingkungan komunitas tersebut.


Jika kita mengaitkan dengan pengelolaan sumber daya dan cara Implementasinya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah maka semua aset/modal seperti Modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan, modal finansial, modal politik dan modal Agama dan budaya harus bisa kita manfaatkan sehingga bisa menjadi kekuatan-kekuatan yang akan menjadi pendorong berkembangnya sekolah ke arah yang lebih baik.


Contoh Implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

1. Implementasi Sumber daya di dalam kelas


Modal manusia berhubungan dengan sumber daya yang ada di dalam lingkungan atau komunitas sekolah. Contoh sumber daya guru dimana seorang guru bisa berkolaborasi dengan modal fisik yang dimiliki sekolah dan menggunakan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya untuk mengkreasikan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media-media seperti komputer, proyektor dan alat peraga yang dimiliki oleh sekolah dalam hal ini modal fisik.


2. Implementasi Sumber daya di sekolah


Guru-guru sebagai modal manusia yang memiliki kelebihan di bidang teknologi bisa berkolaborasi mengajarkan kepada rekan-rekan sejawat untuk bisa mengaplikasikannya dan bisa menggunakannya dalam praktek pembelajaran di kelas.


3. Implementasi Sumber daya di masyarakat sekitar sekolah


Siswa sebagai modal utama dalam lingkungan sekolah bisa berkolaborasi dengan masyarakat sekitar dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan dan juga kebudayaan. Contohnya seperti kegiatan Ibadah bersama tokoh agama dan masyarakat atau kegiatan pentas seni dengan menggunakan modal fisik yang dimiliki sekolah.


Selain itu siswa-siswi yang memiliki bakat dan minat di bidang seni bisa berkolaborasi dengan warga masyarakat sekitar untuk mengisi acara menari ketika ada kegiatan-kegiatan seperti perayaan HUT RI dan lain sebagainya.


CGP merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena mendapatkan pengalaman yang luar biasa mempelajari modul ini karena dengan modul ini CGP memiliki bekal ilmu bagaimana nantinya jika menjadi seorang pemimpin dalam mengembangkan komunitas dan kelompok harus memperhatikan aset atau modal positif yang dimiliki dalam komunitas tersebut.


Salam dan Bahagia

Comments


Komentar

Share Your ThoughtsBe the first to write a comment.
bottom of page