Salam dan Bahagia
BERSYUKUR.
Mungkin itulah kata yang tepat yang bisa CGP gambarkan dari perasaan yang CGP rasakan pada ujung pendidikan ini dimana CGP sangat bahagia bisa berada dalam sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang hebat yang saling mendukung dan juga memberikan inspirasi. Ini merupakan sebuah akhir yang sempurna mengingat proses pendidikan selama 7 bulan berjalan ini banyak menguras pikiran, tenaga dan waktu. Rasa bersyukur dan terima kasih tak terhingga CGP sampaikan buat fasilitator hebat Bapak Akhmad Waras yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan buat CGP untuk terus bersemangat dalam menjalani program pendidikan ini. Beliau merupakan salah satu pribadi yang rendah hati, semangat dan memiliki komitmen yang kuat yang pernah CGP kenal.
CGP juga berterima kasih buat Pendampingan individu yang luar biasa setiap bulannya dimana Pendampingan yang selalu ada buat CGP ketika menjalankan aksi nyata. pendampingan tersebut memberikan kekuatan buat CGP untuk bisa lebih berkembang dan terus memberikan praktek baik pada tempat kerja. CGP juga berterima kasih untuk Instruktur-instruktur hebat yang telah memberikan materi-materi penguatan yang luar biasa dan sangat membantu CGP dalam meningkatkan kompetensi diri dan juga bisa berkolaborasi dengan rekan yang lain.
Selama 7 bulan berjalan ini, semua materi memberikan CGP paradigma baru tentang bagaimana membuat lingkungan sekolah bisa ramah, aman dan menyenangkan bagi peserta didik kita. CGP bisa menyimpulkan bahwa semua materi yang didapat dari modul 1 hingga modul 3 ini berujung pada bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dapat secara mandiri, reflektif inovatif dan kolaboratif dalam memanfaatkan segala aset yang dimiliki untuk bisa mengembangkan lingkungan sekolah yang berdampak pada murid melalui “PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERPIHAK PADA KEBAHAGIAAN PESERTA DIDIK KITA”
Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin pembelajaran yang sudah memahami tentang bagaimana memaksimalkan aset atau modal yang ada pada komuntas atau kelompok yang dipimpinnya. Aset manusia yang salah satunya adalah murid merupakan rantai teratas dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Seluruh aset yang dimiliki oleh sekolah harus bisa dimaknai sebgai rantai-rantai penyambung dalam rangka memberikan kemerdekaan dan dan kebahagiaan bagi rantai utama yaitu murid. Kita bisa menganalogikan bahwa murid itu sebagai seorang pengendara yang dimana membutuhkan aset atau modal seperti bensin, pelumas mesin dan lain-lain agar bisa menggerakkan kendaraan (kodrat) yang dimilikinya agar terus maju kedepan untuk menuju tujuan yang dicita-citakan. Tanpa aset-aset pendukung tersebut seorang pengendara tidak akan bisa berjalan dengan kendaraan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berbicara mengenai pendidikan, seorang pemimpin itu seperti seorang insinyur mesin yang berinovasi menggunakan aset yang dimilikinya untuk memastikan kendaraan yang dimiliki oleh pengendara tersebut bisa dipakai untuk menuju sebuah kebahagiaan. Seorang insinyur harus memiliki pemikiran-pemikiran yang revolusioner untuk memastikan mesin yang dimiliki oleh pengendara tersebut bisa berjalan dengan baik.
Dari Ilustrasi di atas merupakan sebuah gambaran bagi seorang pemimpin pembelajaran agar selain memahami bagaimana mengambil sebuah keputusan dari dilema etika dan bujukan moril namun juga bisa memastikan agar aset-aset positif yang dimiliki oleh komunitas yang dipimpinnya bisa digunakan untuk membuat program-program yang berdampak secara langsung bagi para pelanggan setia kita yaitu siswa-siswi kita.
Agar bisa mengelola program-program yang berdampak pada siswa, seorang pemimpin harus bisa memahami konsep-konsep apa saja yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam mengelola program tersebut sehingga dapat memberikan kebahagiaan bagi para peserta didik. Konsep yang pertama adalah Kepemimpinan Murid (Student Agency). Konsep ini berhubungan dengan bagaimana kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajaran nya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitas nya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinan nya dapat berkembang dengan baik.
Di dalam konsep yang pertama ini, tugas kita sebagai pemimpin yang berpihak pada peserta didik harus bisa mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. Selain itu dalam prosesnya secara bertahap kita mengurangi kontrol kita terhadap mereka.
Hal tersebut mengajarkan tentang kemandirian dalam membantu mereka dalam menyelesaikan sebuah sebuah tantangan. Selain itu, dengan kepemimpinan murid kita bisa mencapai profil pelajar yang dicita-citakan karena dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka secara bersamaan kita sebenarnya juga membangun karakter murid yang: beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, , berkebinekaan global, mampu bergotong royong, mandiri, dapat berpikir kritis serta kreatif.
Agar menjadikan murid yang memiliki karakter di atas maka sebagai seorang pemimpin harus bisa mengakomodir dan juga membuat program-program yang bisa Mempromosikan, suara (voice), Pilihan dan Kepemilikan Murid karena menurut bapak pendidikan kita, "pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat)" Dari kutipan di atas CGP bisa menyimpulkan bahwa untuk memerdekakan dan membahagiakan peserta didik maka pemimpin harus bisa memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk bisa menyuarakan pendapat mereka (Suara/vocal) dan memberikan mereka kebebasan dalam memilih sehingga menumbuhkan rasa kepemilikan dalam diri mereka.
Dengan hal seperti itu akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir kritis,, kreatif dan bertanggung jawab. Selain mempromosikan tiga aspek di atas, seorang pemimpin yang berpihak pada murid harus juga melihat karakter-karakter lingkungan yang bisa dipakai untuk menumbuhkembangkan kepemimpinan murid seperti: Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri.
Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. (di sadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016) Lebih lanjut, selain lingkungan sekolah yang positif, perlu adanya Keterlibatan Komunitas dalam menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid diantaranya: komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh , dsb) komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru) komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb) komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb) komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media, universitas, DPR, dsb)
Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset/modal sosial yang perlu diajak untuk berkontribusi dalam mengembangkan ketiga aspek yang disebutkan sebelumnya yaitu aspek suara, pilihan dan kepemilikan. Namun, selain komunitas-komunitas di atas, kita juga bisa melibatkan komunitas-komunitas yang lebih luas guna mendorong terciptanya profil pelajar pancasila seperti komunitas: Usaha, Media, pemerintah, DPRD, universitas dan komunitas-komunitas lainnya.
Dari apa yang CGP pelajari minggu ini, CGP merasa bahagia karena setelah mempelajari modul 3.3 ini wawasan CGP makin lebih luas dalam pemanfaatan aset sehingga bisa berdampak pada siswa melalui program-program yang bermanfaat bagi siswa untuk mempromosikan aset suara, pilihan dan kepemilikan para peserta didik.
Memang dengan materi yang sangat padat ini membutuhkan semangat yang besar untuk memahami dan mengaplikasikan nya dalam komunitas belajar di sekolah. Namun dengan segala bekal ilmu yang sudah dipelajari dari modul 1 hingga modul terakhir ini CGP merasa punya bekal yang cukup untuk melakukan pengelolaan program yang berpihak pada murid dengan melihat aset-aset positif yang dimiliki sekolah.
Semoga hal-hal baik yang CGP dapatkan ini bisa bermanfaat bagi pelanggan setia kita. Pada akhirnya, Aksi nyata adalah kunci dari semua yang CGP pelajari selama pendidikan ini. Aksi nyata yang berdampak pada kebahagiaan peserta didik yang dimana dapat mendukung dan mengembangkan karakter dan kodrat yang dimiliki mereka sehingga dapat memberikan kebahagiaan yang sepenuhnya bagi mereka.
Sekali lagi terima Kasih buat semua ilmu yang diberikan selama ini oleh instruktur, fasilitator dan Pendamping individu yang tidak bosan-bosannya memberikan dorongan agar bisa melakukan perubahan yang nyata demi kebahagiaan peserta didik. Tuhan Sertai Bapak ibu sekalian.
Salam dan bahagia
Comments