Jurnal 17
Sebuah kebahagiaan bisa kembali dan mempelajari hal-hal baru untuk mendukung diri guna meningkatkan kompetensi sebagai seorang guru yang berpihak pada murid.
Menjadikan diri sepenuhnya untuk memahami diri dalam proses yang panjang ini memerlukan konsentrasi serta tanggung jawab yang sangat besar.
Menjadi seorang guru yang baik tidak hanya memerlukan kualifikasi yang baik di bidang akademik nya melainkan juga bisa mengetahui dan mengaplikasikan konsep pendidikan Ki hajar Dewantara, Peran dan nilai guru yang harus dimiliki ditambah dengan visi, budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, Sosial emosialnal dan coaching di dalam komunitas sekolah dan kelas.
Namun, Selain memiliki bekal-bekal tersebut di atas, ternyata seorang guru juga harus menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang dimana bisa membuat keputusan-keputusan yang berpihak pada kepentingan peserta didik maupun organisasi sekolah.
Segala sesuatu dimulai dari diri untuk bisa berefleksi tentang tujuan yang sebenarnya dalam mengemban tanggung jawab sebagai seorang guru yang berpihak pada murid.
Proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus dimulai dengan mengaktifkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang berada di antara berbagai pemangku kepentingan, di antaranya murid, orang tua murid, guru, yayasan dan pihak komunitas sekolah.
Menjadi seorang pemimpin tentunya ada cita-cita, keinginan atau visi pribadi yang ingin dibuat pada organisasi atau kelompok yang dipimpinnya dalam rang untuk menjadikan organisasi atau kelompok tersebut berkembang ke arah yang lebih baik. Cita-cita atau keinginan pribadi yang kuat tersebut dibutuhkan adanya analisa yang kuat apakah cita-cita, keinginan atau visi tersebut dapat dijalankan dengan baik atau tidak.
Perlu adanya analisa yang tajam dari seorang pemimpin ketika ingin membuat sebuah kebijakan. Meskipun dari sudut pandang pemimpin sangat yakin bahwa kebijakan yang dibuat akan membuat organisasi tersebut akan berkembang namun seorang pemimpin yang baik harus bisa meminta pendapat dari anggota organisasi apakah kebijakan tersebut bisa berjalan dengan baik atau tidak dilihat dari sumberdaya yang dimiliki oleh komunitas tersebut.
Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)
Kutipan yang disampaikan oleh Mas menteri juga mengisayaratkan kepada kita agar ketika menjadi seorang pemimpin pembelajaran nanti, perlu adanya refleksi diri tentang kebijakan atau keputusan tersebut tentang apa dampak jangka pendek dan jangka panjang pada peningkatan pembelajaran murid dari setiap kebijakan yang ingin dibuat. Sebagai seorang calon pemimpin pembelajaran nantinya kita juga harus terbuka terhadap kritik dan juga masukan dari maupun luar organisasi yang dipimpin sehingga akan ada second opinion yang dimana bisa memperkuat kebijakan yang dibuat. Kritik bisa menjadi jalan masuknya ide yang memperlengkap kebijakan yang akan dibuat ketika kita diposisi pemimpin pembelajaran. Karena bagaimanapun kritik adalah sesuatu yang baik dalam sebuah organisasi. Namun, Kritik yang baik harus juga diikuti dengan solusi yang bisa melengkapi atau memperkuat kebijakan yang akan dibuat pada organisasi tersebut.
Untuk menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid, kita pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diwajibkan untuk mengambil suatu keputusan. Namun, keputusan tersebut sering melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu dengan yang lain.
Dari hal dasar itulah maka perlunya pengalaman dalam menghadapi situasi seperti ini dengan sadar menggunakan pemikiran-pemikiran seperti apa yang melandasi pengambilan keputusan kita dan kemudian, setelah mengambil keputusan tersebut, harus memiliki keyakinan yang kuat dan tanpa ragu-ragu dengan keputusan yang diambil apakah tepat? atau apakah ada perasaan tidak nyaman dalam diri, atau timbul pemikiran mengganjal dalam diri seperti, ‘Apakah ini sesuai peraturan?’ atau ‘Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam hal seperti ini?’
Ada orang bijak berkata bahwa "sebuah keputusan yang sebaik apapun tidak akan pernah menyenangkan semua pihak" Sebuah keputusan yang diambil pasti ada sebuah konsekuensi dari keputusan tersebut. Terlepas konsekuensi yang didapat baik atau buruk.
Menjadi Seorang pemimpin pembelajaran haruslah memiliki 5 nilai dalam diri yang bisa dipakai untuk bisa menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang bisa dipakai dalam membuat sebuah keputusan yang bermuara pada keberpihakan pada murid. Selain Nilai-nilai yang harus ada pada diri seorang pemimpin pembelajaran, kita harus memiliki sisi emosional yang baik sehingga pada proses mengambil keputusan kita bisa menggunakan latihan kesadaran penuh dengan menarik napas yang dalam dan rileks sejenak sehingga keputusan yang diambil bisa kita lihat secara luas dampak jangka panjang maupun jangka pendeknya.
Setiap Keputusan tentunya tidak akan memuaskan semua pihak karena akan ada unsur kepentingan di dalamnya baik itu kepentingan individu maupun kelompok. Meskipun keputusan yang kita ambil dianggap sudah baik tapi tentunya ada kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan keputusan yang diambil.
Pasti kita bertanya-tanya bagaimana menjadikan sebuah keputusan bisa memberikan solusi yang terbaik yang bisa diterima oleh semua pihak baik yang mendukung maupun yang tidak? atau bagaimana cara agar bisa merangkul pihak-pihak yang tidak setuju dengan keputusan yang kita ambil?
Tantangan seperti dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran bisa meliputi apakah sumber daya yang ada bisa mendukung dan menjalankan keputusan tersebut atau tidak.
Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah.
Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.
Sebagai seorang pemimpi pembelajaran kita juga harus mempelajari dan juga bisa membedakan dilema Etika dan juga bujukan moral. Selain itu untuk melengkapi kemampuan dalam memimpin pembelajaran kita guru juga harus bisa mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri sehingga ketika kita melaksanakan tugas sebagai pemimpin pembelajaran bisa bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut.
Salam dan bahagia
Comments