Contoh Jurnal Minggu pertama (1) Pendidikan Calon Guru Penggerak
Dulu sebelum menjadi seorang guru sekarang ini, saya menghabiskan 12 Tahun di bangku sekolah dengan rutinitas seperti masuk kelas, disapa guru, berdoa, membuka halaman buku sesuai arahan guru, mengerjakan tugas sesuai perintah guru, setelah itu berdoa dan selesai . Dalam benak saya, enak juga menjadi seorang guru dengan rutinitas seperti itu. Mengontrol semua kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir dan tidak ada yang menggubris, menyanggah atau pun bertanya pada guru. Semua peserta didik menganggap bahwa buku dan guru merupakan sumber mutlak Ilmu pengetahuan. Semua peserta didik seakan-akan “terhipnotis” untuk berpikir bahwa guru adalah kunci dari semua masa depan kita semua yang patut “disegani”, “dihargai” dan bahkan kalau perlu “ditakuti”. Maka Kekuasaan mutlak di kelas adalah guru dan guru harus menjadi pusat dalam setiap pembelajaran.
Dari pengalaman tersebut, saya pun membulatkan tekad untuk masuk ke fakultas keguruan demi mengejar cita-cita saya agar bisa “dihargai” dan “dihormati” nantinya oleh anak didik saya.
Setelah menjadi seorang guru, semua pengalaman yang saya lihat selama 12 tahun di bangku sekolah saya aplikasi kan di dalam kelas. Rutinitas yang selama 12 tahun saya dapatkan seperti masuk kelas, disapa murid, berdoa, membuka halaman buku sesuai arahan saya, mengerjakan tugas sesuai perintah diaplikasikan kembali ke dalam. Saya mengontrol penuh keadaan kelas dan kekuasaan mutlak pun ada ditangan saya sebagai seorang guru. Harapannya adalah “disegani”, “dihargai” dan bahkan kalau perlu “ditakuti” oleh para siswa.
Namun, Pemikiran pragmatis saya tentang rutinitas sekolah, kelas dan terutama murid berubah 180 derajat.
Kata “MENGHAMBA” pada murid menjadi “pukulan” telak bagi saya sebagai seorang pendidik ketika memulai mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak.
Meskipun pendidikan Calon Guru Penggerak yang saya ikuti ini baru berjalan 1 minggu lebih, namun kata “Menghamba” menjadi kata Favorit saya. Kata tersebut seakan-akan memberikan tamparan yang sangat keras terhadap konsep yang selama ini saya aplikasi kan ke dalam kelas.
“Menghamba” pada murid membuat saya kembali merefleksikan diri saya tentang apa tujuan sebenarnya ketika kita menjadi seorang guru.
Konsep, gagasan serta ide-ide yang di tawarkan oleh Bapak Pendidikan “Ki Hajar Dewantara” menjadikan saya untuk berpikir lebih dalam lagi tentang pendidikan dan tugas menjadi seorang guru.
Dengan “Menghamba” kepada murid maka semua penghargaan dan penghormatan akan datang dengan sendirinya.
Semoga dengan mengikuti Pendidikan Calon Guru penggerak ini, saya bisa mentransformasi pola pikir saya dan belajar hal-hal baru yang dapat membantu saya untuk bisa terus “Menghamba” pada murid-murid saya.
Comments