Modul 1.1.a.7. Demonstrasi Kontekstual
Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Karya
Pada Modul ini kita para Calon guru penggerak ditugaskan untuk membuat sebuah karya (video pendek, komik, lagu, puisi, poster, infografis dll) sebagai bentuk konkret pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Karya Anda menjadi sebuah demonstrasi pemahaman Anda tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan konteks kelas dan sekolah asal Anda.
Sebagai gambaran, metafora atau perlambang dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbiti matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018). Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.
Instruksi Penugasan:
Buatlah satu karya teks atau verbal atau visual (video pendek/komik/lagu/puisi/poster/infografis) untuk menggambarkan pengetahuan dan pemahaman Anda mengenai pemikiran filosofis KHD dalam konteks Anda sebagai guru, interaksi dengan murid dan warga sekolah.Karya itu merupakan sebuah perumpamaan yang Anda gunakan sebagai wujud kontekstual pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran KHD.
Berikut adalah contoh hasil karya yang dibuat
Wednesday, 25 August 2021, 10:33 PM
Oleh Seprianus Bantaika
Pendidikan dan Pengajaran merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Di dalam pengajaran, peserta didik akan mendapatkan sebuah pendidikan/pengetahuan yang bisa mendukung serta membantu peserta didik mencapai kabahagiaan yang seutuhnya. Dengan pendidikan yang baik maka akan muncul budi pekerti, ide-ide serta kreatifitas yang baik dari peserta didik kita. Untuk mencapai semuanya itu kita sebagai pendidik wajib menjadikan suasana kelas atau tempat mengajar senyaman mungkin bagi peserta didik kita.
Jika kita bisa Ibaratkan, Suasanan Kelas itu seperti sebuah Rumah makan dan pembelinya adalah siswa-siswi kita. Ketika Suasana Rumah makannya bagus, nyaman, pelayanannya bagus , dan menu-menu makananya enak maka para pembeli akan betah dan akan berlama-lama di rumah makan tersebut. Sebaliknya Jika suasana, pelayanan dan menu-menu makanan di dalam rumah makan tidak mereka sukai maka mereka tidak akan merasa nyaman di rumah makan tersebut.
Pelayan dan Koki adalah kita para pendidik sedangkan menu-menunya adalah pelajaran-pelajaran yang kita siap hidangkan untuk para pembeli kita yaitu anak didik kita.
Setiap pelayan harus mengerti serta memahami setiap detail menu yang disiapkan oleh Rumah makan tersebut agar ketika para pembeli menanyakan menu tersebut maka si Pelayan mampu menjelaskan secara detail komposisi dari menu tersebut.
Koki juga diibaratkan sebagai seorang pendidik, seorang koki wajib membuat makanan yang seenak mungkin yang bisa membuat pelanggan Cinta dan menyukai makanan yang dibuat olehnya. Ketika makanan yang dibuat oleh koki disukai oleh para pembeli, maka mereka akan menjadi “Pelanggan SETIA” di rumah makan tersebut.
Konsep Pendidikan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara juga menenkankan pada Kemerdekaan dalam belajar. Konsep Merdeka belajar bisa kita ibaratkan sebagai menu-menu makanan yang disiapkan di sebuah rumah makan.
“Biarkan para Para pembeli memesan menu makanan yang sesuai dengan keinginan mereka” Karena jika pembeli memesan menu-menu makanan yang sesuai dengan keinginan mereka maka mereka akan menikmati makanan tersebut dengan senang dan bahagia hingga selesai.Sebaliknya jika Pelayan atau Koki memaksa pembeli untuk menikmati semua menu makanan yang ada pada rumah makan tersebut maka yang akan terjadi adalah “keterpaksaan”.
Mereka mungkin akan mencoba memakan semua menu yang disiapkan oleh rumah makan tersebut tetapi“Kenikmatan” dalam menikmati makanan akan hilang.
Untuk mencegah keterpaksaan dari para pembeli, alangkah baiknya “Pemilik” Rumah makan tersebut menawarkan Dua pilihanyaitu “Mencicipi” dan “Menikmati”. Biarkan para pembeli “Merdeka” memilih menu-menu apa saja yang mereka hanya ingin “Cicipi” dan menu-menu mana saja yang ingin mereka “Nikmati”. Dengan begitu “Kemerdekaan” akan menjadi hal yang nyata bagi “Pelanggan” setia rumah makan kita.
Salam dan Bahagia
Comments