top of page

Contoh Jurnal Refleksi Minggu ketigabelas (13) Pendidikan Calon Guru Penggerak

Refleksi minggu ke 13


Semakin hari semakin penulis menyadari bahwa menjadi seorang guru tidak hanya dengan bermodalkan "NIAT" namun juga harus ada rencana yang terstruktur bagaimana bisa menjadikan kelas tempat untuk bisa mengembangan pengetahuan siswa dan juga bisa mengembangkan budaya positif serta sisi sosial emosional para peserta didik.


Niat tanpa diikutii dengan persiapan dan bekal yang matang oleh seorang guru maka kita hanya akan mendapatakan peserta didik yang lebih berfokus pada hasil akhir tanpa melalui proses bagaimana mencapai hasil tersebut.


Jika guru bermodalkan NIAT saja untuk masuk kek kelas, maka yang ada hanya akan membuat suasana kelas yang monoton yang berfokus pada nilai di atas kertas.


Budaya Positif, Pembelajaran Berdiferensiasi dan juga pembelajaran Sosial Emosional merupakan 3 hal penting yang harus dimiliki oelah setiap guru profesional yang memiliki NIAT mulia membahagiakan siswa di kelas.


Selain tugas mengajar di depan kelas, mengoreksi pekerjaan murid dan memberikan umpan balik, menghadiri rapat dengan orang tua murid untuk mendiskusikan masalah kedisiplinan dan disusul dengan menulis laporan kepada kepala sekolah, dan berbagai tugas sebagai wali kelas atau panitia kegiatan sekolah.


Cerita-cerita di atas merupakan beberapa hal-hal penting yang sering kita alami sebagai seorang guru dimana selain mengajar, ada tugas-tugas tambahan yang kadang kala memacu sisi emosional kita yang positif atau yang negatif.


Namun, Sangat jarang kita merespon banyak tugas tambahan tersebut dengan Emosi yang positif karena sadar ataupun tidak, sebagian besar dari kita akan meresponnya dengan sisi emosional negatif kita.

Waktu dan tenaga akan menjadi tolak ukur apakah tugas-tugas tambahan tersebut dapat kita lakukan atau tidak.


Kebanyakan dari kita beralasan ada kegiatan lainnya di luar sekolah yang juga sama pentingnya seperti memiliki riwayat sakit, menjalankan bisnis untuk mencari uang tambahan, mengikuti kegiatan komunitas, LSM dan lain-lain.


Alasan tersebut di atas menjadi senjata ampuh untuk menghindari agar tugas-tugas yang diterimanya bisa diberikan kepada guru yang lain. Ada kalanya para guru menerima tantangan tersebut dengan embel-embel tentang nilai nominal yang bisa didapatkan dari tugas yang diberikan.


Ada juga guru yang menerima tantangan tersebut hanya untuk mendapatkan angka kredit yang bisa membantu kenaikan pangkat.


Penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa apapun kegiatan yang dilakkukan lebih berfokus terhadap apa yang akan di dapat oleh kita guru ketimbbang hal positif yang didapat oleh siswa dan lembaga sekolah ketika kita melakukan tugas terebut dengan baik.


Selain kita guru, siswa-siswi kita pun mengalami situasi yang sama. Mereka dihadapkan dengan berbagai tantangan untuk dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Selain tugas-tugas akademik, mereka juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, hubungan dengan teman sebaya, mencapai kemandirian dan tanggung jawab diri dalam keluarga dan masyarakat, menyiapkan rencana studi dan karier, dan lain-lain.


Untuk menghadapi berbagai situasi dan tantangan yang kompleks ini, baik pendidik maupun murid membutuhkan berbagai bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat mengelola kehidupan personal maupun sosialnya. Pembelajaran di sekolah harus dapat mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, baik aspek kognitif, fisik, sosial dan emosional.


Untuk dapat mengelola kehidupan personal maupun sosial dalam pribadi guru maupun murid, Pembelajaran di sekolah harus dapat mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, baik aspek kognitif, fisik, sosial dan emosional.


Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dapat membantu kita guru dalam pemahaman dan penerapan dalam mengelola aspek sosial dan emosional diri sendiri sekaligus dapat menerapkannya pembelajaran sosial dan emosional pada murid secara lebih sistematik dan komprehensif.


Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) akan sangat bermanfaat dan lebih lengkap di kelas jika kita bisa mengolaborasikannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan budaya positif karena itu akan menumbuhkan dan mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, baik aspek kognitif, fisik, sosial dan emosional.

Dari penjelasan di atas, kita bisa mengaitkan dengan kutipan dari

Bapak Ki Hajar Dewantara bahwa:

“Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.”

Untuk lebih memahami Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), penulis melanjutkan kegiatan minggu ini dengan rekan-rekan CGP yang lain di Ruang Kolaborasi Pembelajaran Sosial Emosional (PSE).


Setelah mempelajari 5 Kompetensi Sosial-Emosional (KSE), sekarang saatnya kita para CGP bisa berkolaborasi untuk menguraikan implementasi/penerapan pembelajaran 5 kompetensi sosial-emosional untuk murid sesuai dengan kelompok yang sudah pernah diterapkan.


Penulis akan melakukan aktivitas berkelompok bersama guru-guru dari kelompok jenjang pendidikan yang sama. Tujuannya adalah memperdalam pemahaman penulis melalui aktivitas yang memungkinkan penulis bisa saling melempar ide, mendengarkan ide rekan CGP lain, bertanya, mengklarifikasi pemahaman ataupun miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki.

Dalam Kolaborasi ini, kita para CGP saling terbuka. Setiap anggota merefleksikan 1 bentuk pembelajaran sosial dan emosional yang sudah diterapkan di kelas atau sekolah selama ini. Selanjutnya kami menguraikan: cara implementasi, bentuk PSE, KSE yang dikembangkan, apa yang dilakukan dan dikatakan guru.

Selanjutnya. berdasarkan analisis 5 KSE yang sudah dipelajari, kami menyampaikan dalam kelompok KSE mana aja yang belum tercakup atau paling jarang diterapkan selama ini. Selanjutnya penulis berdiskusi dengan anggota kelompok tentang contoh penerapan pembelajaran yang dapat mengembangkan KSE yang sesuai dengan karakteristik jenjang murid yang CGP ampu.

Tahap Terakhir dari diskusi ini adalah penulis dan teman CGP dalam kelompok menyusun 5 ide baru penerapan 5 KSE sesuai dengan karakteristik jenjang pendidikan yang diampu. Kita juga dapat memodifikasi ide-ide kegiatan yang ada dalam isi dan lampiran modul maupun sumber lainnya sebagai referensi.


Selanjutnya penulis dan teman kelompok mempresentasikan hasil kolaborasi dalam pada kelompok besar untuk saling belajar, berbagi, dan menguatkan.

Hal yang menarik yang telah penulis pelajari sejauh ini adalah:

  1. Bagaimana bahagia bisa menjadi senjata yang biak bagi kita untuk menghargai apa yang kita punya dan dari kebahagiaan tersebut kita dapat membangun hubungan dan kolaborasi bersama orang lain tanpa mengenal umur, kasta dan derajat atas dasar saling hormat dan menghargai.

  2. Emosi jika digunakan pada momen tertentu akan berdampak positif maupun negatif tergantung bagaimana kita merespon emosi tersebut.

  3. Pembelajaran Sosial dan Emosional membantu kita sebagai guru untuk memahami dan membangun hubungan positif serta mampu mengerti hubungan; emosi menarik perhatian, dan perhatian mendorong terjadinya proses belajar. Dan yang paling terpenting adalah guru mampu mengelolla emosi dan mampu menerapkannya saat pembelajan di kelas.

  4. Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh.

  5. Hal yang menarik selanjtnya adalah kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari napas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar juga dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari napas.

  6. Menyadari napas merupakan hal utama yang dimiliki setiap orang untuk berada pada momen saat ini dan momen sekarang.

  7. Pikiran Manusia merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Seorang ilmuwan dan filsuf bernama Deepak Chopra dalam website pribadinya menyebutkan bahwa manusia memiliki 60.000-80.000 pikiran dalam sehari.

  8. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika ia fokus situasi saat ini dan masa sekarang.

  9. Cara termudah untuk membuat pikiran dan perasaan berada pada saat ini dan masa sekarang adalah dengan menyadari napas. Selain itu, kegiatan menyadari napas juga juga paling mudah dilakukan karena dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan tidak membutuhkan alat bantu apapun kecuali napas kita sendiri.

  10. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dalam mengambil keputusan. Dengan sedikit beristirahat atau merelaksasi tubuh, kerja otak kita akan kembali segar dan bisa mengambil keputusan dengan tepat sasaran. Penggunaan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dengan menggunakan latihan S,T,O,P stop kita bisa melanjutkan kegiatan kita kembali. Latihan ini dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas atau keputusan-keputusan yang harus diambil.

  11. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) bermanfaat untuk membangun Kondisi berkesadaran penuh. Dengan melakukan latihan Mindfulness ini secara rutin, kita juga dapat membangun kemampuan merespon atau mengambil keputusan secara lebih efektif. Latihan ini juga latihan ini dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas kita. Kita juga dapat mempraktikkan latihan ini sebagai jeda dalam mengerjakan tugas atau untuk membantu kita membangun fokus dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

  12. Hubungan organ otak Prefrontal dengan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) adalah membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dalam mengambil keputusan. Dengan sedikit beristirahat atau merelaksasi tubuh, kerja otak kita akan kembali segar dan bisa mengambil keputusan dengan tepat sasaran. Penggunaan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dengan menggunakan latihan S,T,O,P stop kita bisa melanjutkan kegiatan kita kembali. latihan ini dapat membantu kita meredakan ketegangan atau stres yang sewaktu-waktu kita rasakan sehingga dapat mengembalikan fokus kita pada tugas-tugas atau keputusan-keputusan yang harus diambil. Jadi, Hubungannya bisa kita simpulkan bahwa keduanya dapat mempengaruhi dan menekan rangsangan.

Pemahaman atau praktek pembelajaran yang penulis lakukan selama ini adalah lebih dengan memulai pembelajaran berdiferensiasi dan juga sudah memulai mengembangkan budaya positif di kelas. Namun kedua hal tersebut bisa menjadi lengkap jika kita bisa menerapkan pembelajaran sosial emosional yang digabungkan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Dengan Kolaborasi tiga hal tersebut, pengembangan diri pererta didik bukan hanya pada pengetahuannya namun jug bagaimana bisa berkolaborasi dan mengontrol emosi dan empati mereka terhadap teman dan juga guru.


Untuk mengaplikasikan dan mengolaborasikan pembelajaran sosial emosional dengan budaya positif dan pembelajaran berdiferensiasi tentunya akan ada tantangan karena ini merupakan hal baru yang akan diaplikasikan di dalam kela. Seperti bagaimana menejemen waktu yang tepat sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan lancar dengan kolaborasi kedua pembelajaran tersebut yang dielaborasi dalam perangkat pembelajaran. Hal yang kedua tentunya penulis perlu terus melakukan semulasi menhajar segingga ketika pembejaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dilaksanakan di REAL class maka akan berjalan denga lancar sesuai harapan


Namun, Seperti kutipan dari John Dewey (Philosopher, Psychologist) yang mengatakan bahwa:

"Kita tidak belajar dari pengalaman, tetapi kita belajar dari refleksi terhadap pengalaman kita"


Dari kutipan di atas adalah "REFLEKSI". Hal ini berhubungan dengan bagaimana kita selalu mengoreksi diri tentang pengalaman atau hal yang telah kita buat sehingga menjadi lebih baik dan terstruktur kedepannya.

Dengan bekal budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan nilai dan peran yang dimiliki oleh guru maka kedepannya kebahagiaan akan terpancar di wajah siswa-siswi kita.

Salam dan Bahagia

Comments


Komentar

Share Your ThoughtsBe the first to write a comment.
bottom of page